Ipod And Iphone

Kamis, 03 Desember 2009

Siapakah Sejatinya Guru Bijak dan Pendeta Jahat di Qumran?

Siapakah Guru Bijak bagi Jemaat Qumran dan siapa pula Pendeta jahat? Injil Matius menceritakan tentang kelahiran Almasih ;


"Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang­ orang Majus dari Timur ke Jerusalem dan bertanya­tanya: Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia. " Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Jerusulem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi." (Matius 2 : 1 - 5)


"Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku.... " (Matius 2 : 7 - 8)


"Setelah mendengur kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada "... .... lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada -Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur. (Matius 2 : 9, 11)


"Dan karena diperingatkan dalam mintpi, supaya jangan kemhali kepada Herodes.....2: 13 Seteluh orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu­Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencuri Anak itu untuk mernbunuh Dia." (Matius 2 : 12 - 13).


"Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah Lalu ia menyuruh membunuh sernua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu ". (Matius : 16)


"Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katatnya ; "Bangunlah, ambillah anak itu.serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena rnereka yang hendak rnemhunuh Anak itu sudah mati." (Matius 2 : 19-20)



Padahal, Raja Herodes telah mati pada tahun ke-4 SM, oleh sebab itu maka sejatinya kelahiran Almasih dan tragedi pembunuhan anak-anak bayi - berlandaskan para riwayat ini - semestinya terjadi pada masa sebelumnya, apalagi Injil-Injil Perjanjian Baru menentukan bahwa kematian Almasih terjadi pada masa pemerintahan Gubernur Romawi Pontius Pilatus yang memerintah Palestina antara tahun 26 - 36 M. Berhubung Jemaat Qumran bisa jadi telah ada semenjak tahun ke-2 SM, hingga pertengahan abad ke-1 M -yang meliputi masa kelahiran dan kematian Almasih- sebagian besar kalangan memperkirakan akan dapat menemukan sumber-sumber yang menyinggung atau mengomentari peristiwa ini, membenarkan atau menafikan penafsiran-penafsiran yang berkembang.

Namun sayang tulisan-tulisan kuno dari Qumran yang telah diterjemahkan dan dipublikasikan sama sel
Dari tulisan-tulisan yang ada dalam kepemilikan Jemaat Qumran, didapat kejelasan bahwa orang-orang dari sekte Esenes berkeyakinan bahwa mereka mewakili golongan "perjanjian baru" berhadapan dengan "perjanjian lama" sebagaimana klaim Yahudi. Inti ajaran "perjanjian lama" bagi Yahudi dibangun di atas dasar kepatuhan mereka untuk mengkhitankan anak laki-laki, sebagaimana termaktub dalam Kitab Kejadian, tatkala Tuhan berfirman kepada Ibrahim :



"Dan pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku. engkau dan keturunanmu turun­temurun. Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat; haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu. Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-Iaki di antara kamu, turun-temurun; baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu. Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal. Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku. " (Kejadian 17: 9-14)



Ketika lahir Agama Kristen, Paulus mengatakan bahwa karakteristik "perjanjian lama" yang berlandaskan afiliasi berdasarkan hubungan darah, telah berakhir. Ini di pihak lain merupakan pertanda dimulainya "masa perjanjian baru", bagi siapa saja yang beriman pada kebangkitan Almasih.

Selain mereka, Jemaat Esenes Qumran - diperkirakan telah ada puluhan tahun sebelum kelahiran al-Masih- juga mengklaim bahwa mereka pun mewakili golongan "perjanjian baru", meskipun bahwa Jemaat ini telah menjadi bagian integral dari eksistensi Yahudi. Inti ajaran "perjanjian baru" adalah bahwa setiap orang yang beriman pada kebangkitan Almasih -atau yang beriman pada kehidupan akhirat - tidak akan mengalami mati, sebab yang mati hanyalah wujud materi (jasad), sedangkan arwah bersifat abadi. Sebagaimana dimaklumi bahvra ajaran Yahudi dari para pendeta Rumah Suci di Jerusalem tidak mengimani wujud arwah, tidak pula kehidupan sesudah mati, dan justru persoalan-persoalan tersebut menjadi substansi ajaran Kristen.

Berdasarkan sumber-sumber dari tulisan mereka sendiri, dapat diketahui bahwa Jemaat Qumran mempunyai seorang guru yang dijuluki sebagai "Guru Bijak", yang hidupnya berakhir tragis dan berdarah; pada masa lalu yang tidak diketahui bilangan tahunnya secara pasti dan diperkirakan pada tahun ke-2 SM.

Yang menyebabkan kematiannya adalah seorang Pendeta jahat. Berdasarkan keterangan yang tertera dalam tulisan-tulisan tangan yang berisi penafsiran atas Kitab "Habakuk" dan juga dalam Kitab "Pertempuran antara Anak Cahaya dan Anak Kegelapan", disebutkan bahwa "Tuhan telah membeberkan kepadanya semua rahasia para Nabi Hamba Tuhan". Perlu dicamkan, bahwa di sana terdapat persamaan yang cukup besar antara "Guru Yang Bijak" dengan "Isa Almasih" yang kita kenal melalui tulisan-tulisan dalam Perjanjian Baru dan dari AI-Qur'an. Seorang peneliti berkebangsaan Perancis, Andre Dupont-Sommer, telah melakukan studi perbandingan di antara keduanya, dan mengeluarkan pernyataan : "Murid-murid meyakini bahwa Guru Bijak -yang mirip dengan Yesus- itu adalah Almasih hamba Allah dan Juru Selamat. Keduanya sama-sama menentang kependetaan Yahudi, sama-sama dihukum mati, sama-sama menghujat kependetaan Rumah Suci Jerusalem dan keduanya memimpin sebuah jemaat yang anggota-anggotanya sedang menantikan kedatangan dirinya pada akhir zaman untuk memimpin dunia".

Namun demikian, dalam penafsiran mereka atas urgensi naskah-naskah Qumran dalam upaya mengetahui asal usul Kristen, para peneliti berbeda pandangan mengenai masalah ini, Sebagian menafikan adanya hubungan antara Jemaat Qumran dan Sejarah Kristen, sedangkan sebagian lain seperti Profesor Tatcher dari University of Cambridge berkeyakinan bahwa Guru Bijak itu tidak lain adalah Isa Almasih dan orang-orang Esenes itu adalah para penganut Kristen golongan pertama.

Bahkan, salah seorang dari delapan peneliti yang dipilih oleh pemerintah Jordan untuk melakukan studi atas transkrip kuno dari Qumran, yakni John Allegro, dari Manchester University berpendapat bahwa Yesus sama sekali bukan "tokoh historis" akan tetapi dia adalah "tokoh mitologis". Edmund Wilson, penulis berkebangsaan Amerika Serikat, pada beberapa tulisannya menyatakan bahwa kelahiran agama Kristen itu sesungguhnya bukan di Betlehem, tetapi di Qumran. Hanya saja mayoritas peneliti tidak begitu saja mengiyakan pendapat yang sangat radikal ini, namun mereka juga tidak menafikan bahwa tulisan­tulisan kuno dari Qumran itu kelak akan membawa perubahan besar dalam menafsirkan rentetan peristiwa yang terjadi pada periode awal sejarah Kristen yang masih terselubung. William F. Albright - peneliti dari Amerika Serikat yang mempunyai banyak sekali tesis arkeologis Palestina dan tulisan-tulisan kuno- mengatakan, "sumber-sumber terbaru ini akan melahirkan perkembangan spektakuler sehubungan dengan pandangan kita terhadap sejarah awal agama Kristen,". Tetapi di sekelompok akademisi yang terdiri dari para guru besar jurusan studi Perjanjia Lama mengatakan bahwa Yesus justru merupakan salah seorang murid dalam Jemaat Qumran sehingga dengan demikian, ajaran-ajaran Yesus, praktis bersumber dari Jemaat tersebut.

Upaya-upaya para ilmuwan sejarah dan arkeologi menemui jalan buntu sebelum berhasil menyingkap jati diri "guru bijak" dan "si pendeta jahat". Untuk itu diusulkan beberapa nama yang pernah disebut oleh sejarah penguasa-penguasa Kerajaan Yehuda Hasmoneon sekitar abad ke-2 SM. Namun sejauh itu tidak ada sesuatu yang menguatkan asumsi tersebut, bahkan Yosephus, Sejarawan Yahudi paling populer di masanya, sedikitpun tidak pernah menyinggung jati diri kedua orang misterius itu. Pendapat yang cukup kuat adalah sang guru hidup pada abad sebelumnya dan di samping itu, para anggota Jemaat berkeyakinan bahwa para pendeta rumah suci Jerusalem adalah para penerus pendeta jahat dan perwujudan setan di muka bumi.

Semua yang kita ketahui tentang tulisan-tulisan kuno Jemaat Qumran menyebutkan, Guru bijak itu mengetahui penafsiran yang benar atas ajaran-ajaran para Nabi, aturan-aturan pelaksanaan perayaan hari raya. Sedangkan Pendeta jahat -yang kadangkala disebut Pendeta pendusta- berselisih pendapat dengan sang Guru kemudian dia memeranginya. Sang guru melarikan diri bersama para murid ke sebuah tempat di wilayah Damsyik, namun bukan kota Damaskus, ibukota Suriah dewasa ini. Nama ini dipergunakan untuk menunjukkan lokasi tertentu yang dirahasiakan dan tidak mengetahuinya secara pasti kecuali para murid. Sebagaimana dimaklumi bahwa Jemaat Qumran menafsirkan tulisan-tulisan mereka seolah­olah tulisan itu adalah rangkaian rumus. Para calon anggota Jemaat diwajibkan mengucapkan sumpah untuk tidak membocorkan makna-makna khusus yang mereka pergunakan untuk menafsirkan peristilahan seperti itu. Namun pada akhirnya pendeta jahat itu datang dan menyerang sang guru di tempat persembunyiannya. Penyerangan sang guru oleh pendeta jahat terjadi pada hari yang kemudian dikenal dengan "hari raya Kipur" atau "hari pengampunan". Kemudian si pendeta menangkap sang guru dan menelannya. Riwayat yang lain menyebutkan bahwa Tuhan telah menyelamatkan dia dari mereka.

Yang perlu menjadi catatan adalah, pendapat otoritas gereja hingga abad ke-4 M, mereka mengatakan bahwa Yesus mempunyai wujud yang telah ada sebelum dia menampakkan dirinya kepada para sahabatnya di Palestina. Josephus, Sejarawan gereja paling awal, mengatakan, "Yesus memiliki sosok yang kembar...., masing-masing dari Yesus dan Almasih merupakan nama yanq dipuja, hingga oleh para nabi Allah semenjak asal. Tugas saya di sini untuk menjelaskan bahwa kekudusan dan keagungan nama ini pun telah disebutkan oleh Nabi Musa ... Ketika Musa menyampaikan kepada Tuhan tentanq sifat Pendeta Terbesar - dia adalah orang paling kuat - Almasih telah memanggilnya. Musa bersama Roh Kudus juga telah sempat meramalkan denqan tepat julukan bagi Yesus. Musa merasa bahwa ia juga berhak mendapatkan keistimewaan khusus, yang belum pernah didengar oleh telinga manusia, sehingga menjadi jelas bagi Musa bahwa julukan Yesus yang diberikannya pada kesempatan pertama dan satu­satunya bagi seorang laki-laki yang -secara simbolis - diketahui bahwa dia akan menjadi pengqanti dirinya sesudah ia mati. "

Nabi-nabi yang menggantikan Musa hingga waktu itu tidak seorangpun yang menyandang nama Yesus. Nama yang ada adalah Yoshea, nama pemberian sang ayah. Sedangkan Musa telah memanggil Yesus dengan menyertakan julukannya sebagai penghormatan tertinggi yang tidak dapat diukur harganya, bahkan lebih agung dari dari mahkota kerajaan manapun di bumi.

Kita mendapati bahwa orang-orang Yebus hampir saja berkeyakinan bahwa Yoshea bin Nun itulah pengganti Musa, dan dia pulalah Yesus Kristus (Almasih). Ia tidak saja membawa nama yang sama, namun ada kemiripan di antara keduanya, di mana masing-masing menjadi pengganti Musa. Persoalannya di sini adalah, mestinya Yoshea hidup pada zaman Musa, sekitar abad ke-14 SM, sedangkan Yesus hidup pada permulaan abad pertama M. Semua pembicaraan ini menyimpan rangkaian rumus yang diketahui oleh para pendeta-pendeta gereja abad pertama, sebagaimana pula diketahui oleh para anggota Jemaat Qumran.

Sebagaimana kita ketahui bahwa tulisan-tulisan kuno di Qumran, tidak saja menegaskan sesuatu yang telah dimaklumi sebelumnya, tapi bahkan membuka wacana baru untuk bahan kajian. Tidak disangsikan, apapun alasannya, naskah yang telah dipublikasikan telah sempat mengundang pelbagai pertanyaan yang perlu mendapatkan jawaban, terlepas apakan naskah­naskah yang masih tersisa akan dipublikasikan atau tidak.



Read more

Rabu, 25 November 2009

Kitab Para Murid dan Naskah Damaskus






Selain manuskrip yang berisikan tulisan-tulisan agama, didapati pula di gua-gua Qumran, beberapa tulisan tangan yang menjelaskan norma kehidupan Jemaat Esenes di antaranya "Kitab Para Murid" dan Kitab yang belakangan dikenal sebagai "Manuskrip Damaskus" (Damsyik). Yang lebih mungkin diterima adalah bahwa nama "Damaskus" merujuk kepada sumber-sumber yang tercantum pada sebagian Kitab Nabi-Nabi berkenaan dengan hukuman Tuhan bagi para pembangkang Bani Israel.



Pada 9 : 1 Kitab Zakharia disebutkan : "Ucapan Ilahi, Firman TUHAN datang atas negeri Hadrakh dan berhenti di Damsyik':

Juga pada 5: 25 - 27 Kitab Amos : 'Apakah kamu mempersembahkan kepada-Ku korban sembelihan dan korban sajian, selama empat puluh tahun di padang gurun itu, hai kaum Israel? Kamu akan mengangkut Sakut, rajamu, dan Kewan, dewa bintangmu, patung-patungmu yanq telah kamu buat bagimu itu, dan Aku akan membawa kamu ke dalam pembuanqan jauh ke seberang Damsyik, " firman TUHAN, yang nama-Nya Allah semesta alam".



Menelaah lebih jauh, didapat pengertian lain bahwa nama Damsyik merupakan julukan simbolis bagi Jemaat Qumran. Sementara para Nabi menyinggung soal pengasingan Bani Israel ke wilayah utara di luar Damsyik sebagai hukuman atas perbuatan mereka menyembah terafim (patung), sebaliknya manuskrip­manuskrip Damsyik menformat ulang redaksi ayat sehingga menghadirkan makna yang berbeda, menjadi semacam janji bagi sekelompok orang yang menyelamatkan keyakinan mereka dari komunitas Yahudi dengan memilih hidup mengasingkan diri, sehingga dengan demikian mereka mampu menyelamatkan keyakinan mereka yang benar.

"Aku akan mengasinqkan kemah-kemah rajamu dan tonggak-tonggak keberhalaanmu dari perkemahanKu ke Damsyik." Berdasarkan pada gaya penafsiran simbolis Jemaat Qumran, "kemah-kemah raja" menunjukkan makna Kitab Tuhan, "tonggak ­tonggak berhala" dimaksudkan sebagai Kitab Para Nabi. Sehingga berdasarkan penafsiran ini, ayat tersebut mengandung pengertian bahwa Tuhan akan memindahkan Kitab Taurat bersama Jemaat Esenes berikut Kitab Para Nabi - yang sangat dibenci oleh penganut Yahudi di Jerusalem- jauh dari wilayah Kerajaan Yehuda, demi menjaga keselamatannya.

" Mereka menggali sumur. Sumur yanq digali oleh para penguasa, yanq digali oleh orang-orang mulia dari bangsa Israel dengan tongkat." Sumur disini diartikan sebagai ajaran agama, dan orang-orang yang menggali sumur tersebut adalah orang-orang Bani Israel yang mengikuti petunjuk Tuhan, yang meninggalkan tanah Yehuda dan menetap di Damsyik. Tuhan menyebut mereka sebagai "para penguasa". Sedangkan tongkat merupakan simbolisasi dari orang yang mengajarkan agama. Nabi Yesaya berkata : "Ia mengeluarkan peralatan untuk bekerja. Orang-orang mulia adalah mereka yang datang untuk menggali sumur dengan mempergunakan tongkat...... hingga mereka hadir di tengah masa kejahatan, hingga datangnya oranq yang mengajarkan kejujuran di akhir zaman......semenjak hari kedatangan sanq guru tunggal dan hingga kebinasaan tentara-tentara yang kembali bersama pemimpin pendusta akan memakan waktu 40 tahun. Pada kurun waktu itu, Tuhan akan murka kepada Bani Israel seperti dikatakan, karena itu Bani Israel akan melalui masa panjang tanpa pemimpin, tanpa raja dan tanpa hakim."

Sedangkan istilah yang dipergunakan untuk mengidentifikasikan jati diri mereka, Jemaat Esenes menggunakan nama "Breth Khadasyah", yang berarti "perjanjian baru". Dan mereka, meskipun berselisih pandang dengan para Pendeta Rumah Suci di Jerusalem, dan berseberangan dengan mereka, namun Jemaat Qumran itu tetap menganggap diri mereka sebagai jemaat ahli ibadah yang mempunyai pendeta pemimpin yang diangkat dari anggota jemaat yang paling tinggi kedudukannya. Para anggota jemaat dilarang mengadakan perkumpulan lebih dari sepuluh orang tanpa dihadiri oleh pendeta pemimpin. Meskipun demikian, urusan jemaat sekecil apapun, akan diselesaikan melalui mekanisme musyawarah. Tema permasalahan terlebih dahulu dilontarkan ke hadapan majelis untuk didiskusikan, masing-masing berhak mengeluarkan pendapat, dan pada gilirannya akan dilakukan vooting. Hanya saja keputusan yang diambil oleh pendeta pemimpin dianggap sebagai keputusan yang suci dan tidak boleh dilanggar. Kepemimpinan Jemaat Qumran dipegang oleh dua orang Pendeta, yang masing-masing memegang wewenang yang berbeda. Salah satu dari Pendeta itu disebut "Baged" atau pengawas, yang bertugas memantau persoalan­persoalan keagamaan dan menguji calon anggota jemaat. Pendeta Pemimpin yang kedua disebut "M-b­q-r" yang membawahi urusan keuangan dan administrasi jemaat.

Pada tahun 1896, dua naskah dari manuskrip Damsyik yang semula tersimpan di sebuah kamar tertutup dalam rumah peribadatan Yahudi di Kairo, Mesir, berhasil ditemukan. Konon, rumah peribadatan itu adalah milik Gereja Koptik Saint Mitchel lalu dibeli oleh orang-orang Yahudi di Mesir pada tahun 882 M. Istana Lilin, nama gereja tersebut, adalah bekas benteng Romawi kuno, di sebuah kawasan tidak jauh dari kota Fustat yang dibangun oleh sahabat Rasul Amru bin Ash. Dari bekas bentenq kuno tersebut dibangun enam buah gereja Koptik masing-masing Gereja Gantung, Gereja Abu Sirg, Gereja Mar Girgis, Gereja Maria, Gereja Saint Barbara dan Gereja Sait Mitchel. Orang-orang Yahudi kenudian menjadikan Gereja Saint Mitchel itu sebagai Rumah Peribadatan yang dinamai "Ezra" yang memiliki sebuah gudang di bagian belakang dan dikenal dengan sebutan "Kaneza", sebuah ruangan tertutup tanpa pintu dan jendela. Tidak ada yang bisa masuk ke dalamnya selain melalui sebuah celah yang dibuat di salah satu sisi dinding. Belakangan diketahui bahwa ruang tersebut dipergunakan sebagai gudang untuk menyimpan peninggalan-peninggalan kuno, termasuk di antaranya manuskrip kitab-kitab suci yang tidak mudah bagi orang-orang Yahudi untuk melenyapkannya begitu saja, karena dalam tulisan-tulisan tangan itu tertera nama Tuhan.

Manuskrip-manuskrip Damsyik terdiri dari dua bagian; Bagian pertama memuat nasihat-nasihat bijak bagi para anggota jemaat, sedangkan bagian kedua berisi ajaran-ajaran syari'at dan perintah untuk menjaga keimanan. Uniknya, kitab-kitab tulisan tangan Damsyik ini memberikan makna atas kitab­kitab Perjanjian Lama melalui metode penafsiran yang sangat ganjil dan berbeda dengan penafsiran para pendeta Rumah Suci di Jerusalem. Salah satu contoh-dari perbedaan penafsiran ini antara lain berkenaar dengan hukum perkawinan. Para pendeta Rumah Suci di Yerusalem memperbolehkan seorang lelaki menikahi anak perempuan saudara kandung karena sejauh ini tidak ada larangan daiam teks Kitab Taurat. Sedangkan Jemaat Qumran mengharamkannya dengan dasar bahwa status hukum anak perempuan saudara kandung itu sama dengan saudara ibu atau ayah.

Seorang yang baru masuk menjadi anggota jemaat wajib menyerahkan semua harta pribadinya sehingga menjadi milik bersama. Kebersamaan mereka itu tampak dalam ritual peribadatan "makan bersama". Disiplin hidup yang keras menjadi ciri khas jemaat Qumran, dan strata sosial menjadi sangat dominan. Dalam sebuah majelis, masirg-masing orang duduk sesuai kelas sosial mereka. Tidak seenaknya orang angkat bicara dengan memotong pembicaraan orang lain, lebih-lebih jika yang sedang berbicara berkedudukan lebih tingqi. Di dalam majelis seorang tidak diperbclehkan mengeluarkan pendapat yang sekiranya bertentangan dengan pendapat mayoritas atau pendapat pendeta pemimpin. Etika yang harus diikuti dalam penyampaikan pendapat di dalam majelis adalah dengan berdiri dan mengatakan, "Ada yang hendak kami sampaikan kepada majelis...."

Di dalam gua nomor : 1, didapati tulisan-tulisan tangan yang menjelaskan aluran-aturan yang berlaku dalam jemaat, yang dikenal dengan sebutan "Kitab Para Murid". Dalam kitab tersebut antara lain disebutkan kaidah kaidah yang dari padanya diketahui apa arti kebenaran (haq) dan kepalsuan (batil), penjelasan tentang langkah-langkah yany wajib diikuti oleh calon anggota jemaat, peraturan-peraturan yang berlaku untuk para murid dan aturan penerapan hukuman bagi pelanggar peraturan jemaat. Dalam Kitab Para Murid juga dipaparkan aturan-aturan dasar yang wajib dijalankan oleh Pendeta Pemimpin berikut para anggola, serta penjelasan hari-hari raya suci. Secara garis besar, Kitab Para Murid terdiri dari tiga bagian;



1. Syarat-syarat yang wajib dipenuhi untuk menjadi anggota Jemaat.

2. Peraturan Majelis Jemaat

3. Petunjuk-petunjuk yang wajib dipatuhi olen pendeta pemimpin.



Pendeta pemimpin wajib memberikan pelajaran kepada para murid tertany tata cara hidup sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Jemaat, berlbadah kepada Tuhan dengan sepenuh hati dan jiwa, mengerjakan perbuatan yang baik dan lurus dalam penilaian Tuhan sebagaimana diperintahkan kepada Musa dan para Naai hamba Tuhan. Mencintal segala yang dicinta oleh Tuhan dan membenci segala yang dibenci oleh-Nya. Menjauhkan diri dari keburukan dan memegang teguh pada kebajikan. Semua orang yang dengan sukarela menghibahkan dirinya pada Tuhan, demi memenuhi kevoajiban ketuhanan maka dia akan diterima menjadi anggota Jemaat Cinta Kasih, karena dengan demikian ia telah menjadi anggota jemaat Allah dan hidup di bawah kesempurnaar Tuhan. Juga karena ia lelah berusaha sekuat tenaga unluk menjadi makhluk sosial yang solicer, mempergunakan seluruh harta kekayaan untuk kebaikan secara sukarela. Setiap orang yang bersedia mengikuti ajaran-ajaran Jemaat maka ia diwajibkan untuk mengucapkan sumpah di hadapan Tuhan yang dikenal dengan sebutan "Ikrar Perjanjian Baru", mentaati segala wasiatNya dan tidak membiarkan diri dikuasai setan. Pada saat pengucapan janji, para pendeta dan orang­orang Lewi: Membacakan tasbih-tasbih dan pujian pada Tuhdn dengan khusyu'; yang dibarengi dengan ucapan "amin" oleh mereka yang sedang mengangkat sumpah.

Semua orang yang mengikuti jalan kesalehan akan dipimpin oleh Pangeran Cahaya dan mereka akan berjalan di atas jalan yang terang benderang. Adapun orang-orang munafik diperintah oleh Raja Kegelapan dan mereka selamanya akan hidup dalam kegelapan. Raja Kegelapan akan terus berusaha m enyesatkar orang-orang yang baik dan hingga akhir zaman. Semua kekhilafan, dosa, kejahatan dan perbuatan­perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Tuhan akan terjadi bila manusia berada di bawah cenkeraman Raja Kegelapan.

Seperti halnya alam luar, jiwa rnanusia-pun senantiasa menjadi ajang pergulatan antara kekuatan baik dan kekuatan jahat. Berdasarkan penjelasan Kitab Para Murid, setiap manusia memiliki dua macam ruh yang menjadikannya hidup, ruh kebenaran (haq) yang bersumber dari cahaya dan ruh kepalsuan (batil) yang bersumber dari kegelapan. Kedua macam ruh dalam diri manusia itu selamanya dalarn pergulatan, jika ruh kebenaran menang, manusia akan melahirkan kebajikan. Sebaliknya jika yang dominan ternyata ruh kepalsuan, maka manusia menjadi jahat. Pada hakikatnya, ajaran tentang perseteruan sepanjang masa antara ruh kebaikan dan ruh kejahatan dan bahwasanya setan merupakan raja kegelapan, yang pekerjaannya hanya menyesatkan umat manusia, telah sama-sama dimaklumi baik dari ajaran Islam maupun Kristen. Akan tetapi orang-orang Yahudi pengikut ajaran Pendeta Rumah Suci di Jerusalem sama sekali tidak mengenal ajaran tersebut atau beriman kepadanya.

Kitab Para Murid juga berisi ajaran tentang perbuatan-perbuatan yang diharamkan, berikut hukuman bagi yang melanggar, dan di antaranya adalah ;



Jika seorang melakukan kebohongan dengan sengaja dalam persoalan-persoalan yang menyangkut hak milik, akan diasingkan dari upacara suci "makan bersama" selama setahun penuh dan diwajibkan untuk menyisihkan seperempat jatah makan sehari-hari sebagai tebusan dan pertobatan.

Orang yang berkata kasar kepada kawannya atau tidak mengindahkan perintah saudara yang derajatnya lebih tinggi, dianggap telah melakukan pelanggaran terhadap aturan Jemaat. Kesalahan ini dapat ditebus dengan melakukan istigfar (meminta ampun pada Tuhan, pent) selama setahun penuh dan pelakunya dalam status terbuang.

Jika seorang berkata-kata mesklpun karena lalai, atau oleh sebab lain, sementara dia sedang membaca Kitab Shalat, akan dihukum buang dari Majelis Jemaat.

Seorang anggola yang bcrbicara dengan nada marah kepada para pendeta yang namanya tercantum dalam Kitab Para Murid, maka ia wajib bertaubat dari kekhilafannya dan dilarang mengikuti ritual makan bersama.

Siapa yang berdusta dengan sengaja, akan diasingkan selama tiga bulan.

Siapa yang melakukan penghinaan dengan sengaja akan diasingkan selama setahun.

Siapa yang melakukan penipuan dengan sengaja, baik melalui perkataan maupun perbuatan, akan diasingkan selama enam bulan.

Siapa yang menentang kepemimpinan Penguasa Jemaat, akan diasingkan untuk selama lamanya.

Majelis Jemaat terdiri dari 12 orang anggota dan tiga orang pendeta yang alim dalam agama, sehingga dengan demikian mereka akan mampu berbuat benar, lurus dan adil. Menjadi pemlmpin yany arif, rendah hatl dan mampu menjaga keirnanan.

Sebagaimana termaktub dalam Kitab Yesaya :



"Ada suara yang berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!" (Yesaya 40 : 3). Jalan yang dimaksud itu adalah mempelajari ajaran syari'at yang diwasiatkan olehNya kepada Musa, berbuat sesuai dengan apa yang diwahyukan Tuhan sepanjang masa, dan sebagaimana diterangkan oleh para Nabi.
Read more

Penemuan Beragam Naskah Kitab Perjanjian Lama di Qumran






Perbedaan pendapat paling mengemuka antara Yahudi dan Kristen abad-abad pertama adalah berkenaan dengan penafsiran isi Kitab Perjanjian Lama khususnya masalah Mesiah (sang Juru Selamat) yang dinantikan. Sementara orang Kristen memahami bahwa yang tertera di dalam Kitab Nabi-Nabi menyangkut Hamba Tuhan, Anak Manusia Emanuel dan Nabi Penerus Musa semuanya itu sejatinya tidak lain adalah Yesus/Isa al-Masih dan pemberitaan tentang kedatangannya. Sedangka orang-orang Yahudi berpendirian bahwa tema-tema diatas adalah dalam konteks pembicaraan tentang bangsa Israel dan keselamatannya, sedangkan Mesiah sang Juru Selamat, masih dalam penantian. Lebih lagi bahwa di sana terdapat beberapa teks kitab suci Perjanjian Lama versi Yunani yang sama sekali berlainan dengan isi Perjanjian Lama versi Ibrani yan berada di tangan orang-orang Yahudi. Manakah antara keduanya yang paling sahih?

Bahkan di sana terdapat kitab-kitab yang secara Utuh termuat dalam Perjanjian Lama versi Yunani namun tidak tertera dalam Kitab Perjanjian Lama versi Ibrani, padahal kitab-kitab tersebut memuat detail penjelasan tentang kedatangan Sang Juru Selamat, apalagi bahwa sosok historis Yesus sama sekali tidak dikenal oleh orang-orang Yahudi. Berbeda dengan apa yang termuat dalam Kitab Perjanjian Baru berkenaan dengan kelahiran Almasih di Betlehem, kehidupannya di Nazaret dan wafatnya di Jerusalem, Maka kitab ini (naskah Qumran, pent-) tidak menyinggung seorangpun yang hidup pada awal abad ke-1 M. -baik Yahudi maupun Romawi-. Sehingga dengan demikian menjadi gamblang bahwa alinea­alinea yang tercantum di dalam tulisan-tulisan Josephus tidak lain hanya sebagai tambahan yang diselipkan oleh para penulis Kristen belakangan.

Dikaitkan dengan persoalan tersebut, maka penemuan manuskrip-manuskrip Qumran yang ditulis pada abad ke-2 SM hingga pertengahan, abad pertama masehi, telah membersitkan harapan akan diketemukannya sumber-sumber pengetahuan yang mampu menjawab teka-teki pelik dan selanjutnya menafsirkan peristiwa berdasarkan pertimbangan­pertimbangan sejarah. Bahkan sebagian kalangan berharap dapat menemukan naskah-naskah kuno dari Injil-Injil Perjanjian Baru di Qumran, atau sekedar isyarat berkenaan dengan para sahabat al-Masih. (para Hawariyun, pent).

Namun yang terjadi sungguh berbeda dengan itu semua. Tidak sedikitpun disinggung bahwa al-Masih pernah hidup pada periode sejarah yang dimaksud kecuali bahwa pada masa itu terdapat sekelompok orang semi-Kristen yang mendiami wilayah Qumran beberapa mil jauhnya dari Jerusalem. Mereka dikatakan sedang menantikan kedatangan Sang Guru yang dikhabarkan telah mati. Orang-orang misterius itu memandang para pendeta rumah suci sebagai penjelmaan setan dan mereka bertanggung jawab atas kematian sang Guru Bijak. Lebih dari itu bahwa kitab-­kitab yang diterima oleh orang-orang Kristen diditolak oleh Yahudi, seluruhnya ditemukan di dalam gua-gua Qumtan.

Perabot (jambangan, pent) dari tembikar dipergunakan sebagai tempat menyimpan manuskrip tenyata mempunyai bentuk yang sangat unik, dan memiliki ukuran tertentu. Berbentuk bundar setinggi kurang lebih setengah meter, dengan permukaan serta dasar yang datar. Perabot semacam ini lazimnya dipergunakan oleh orang-orang Mesir pada dua abad sebelum kelahiran Al-masih. Ini menunjukkan bahwa bentuk perabot dan cara menyimpan manuskrip diambil dari tradisi orang-orang Mesir. Perabot semacam itu jelas bukan buatan tangan orang ­Palestina, demikian pula tata cara penyimpanan manuskrip itu sejatinya merupakan tradisi orang-orang Mesir semenjak masa pemerintahan Ramses III, yang berasal dari dinasti ke duapuluh, sekitar abad ke-2 S.M

Sebagian besar naskah-naskah kuno dari Qumran tertulis di atas lembaran-lembaran kulit dan sebagian di atas lempengan-lempengan tembaga atau daun papirus. Kebanyakan ditulis dalam bahasa Ibrani, meskipun ada pula tulisan berbahasa Aramaik dan Yunani. Cara penulisan yang dipergunakan sama persis dengan hasil penggalian arkeologis di Khirbat Qumran. Hasil penelitian dengan menggunakan tes karbon 14, menunjukkan bahwa naskah-naskah kuno itu ditulis pada antara abad ke-2 SM dan pertengahan abad ke-1 M. Dipastikan bahwa sejumlah besar manuskrip yang ada memuat materi-materi yang bersumber dari kitab-kitab yang lebih kuno yang kembali pada periode sejarah yang lebih jauh, namun penulisannya diselesaikan pada masa tersebut. Melihat dari materi yang terkandung di dalamnya, manuskrip­manuskrip kuno Qumran terdiri dari tiga jenis tulisan; Tulisan-tulisan Taurat dari Perjanjian Lama, Kitab­kitab yang tidak termasuk dalam Isi Perjanjian Lama dan Tulisan-tulisan Kaum Esenes Qumran.

Jumlah tulisan Kitab-kitab Taurat berjumlah dua ratus kitab, dan telah diketemukan dalam jumlah besar tulisan-tulisan Kitab Perjanjian Lama -selain Kitab Ester- meskipun sebagian hanya berupa potongan-potongan kecil. Naskah terbanyak dari satu kitab yang dapat diketemukan adalah Kitab Mazmur sebanyak 27 buah naskah, dan Kitab Ulangan sebanyak 25 naskah dan Kitab Yesaya sebanyak 18 naskah.

Sedangkan tulisan-tulisan yang tidak termasuk dalam Kanon Perjanjian Lama terdiri dari dua macam;

Pertama; disebut Apokrip, seperti Kitab Tobit, Kitab Kebijaksanaan Yesus ben Sirakh dan bagian yang tertulis dalam bahasa Yunani dari Surat Yeremia. Kitab jenis pertama ini meskipun tidak menjadi bagian naskah-naskah I
Kedua; adalah sebagian Kitab yang ditulis pada periode antara abad ke-2 S M hingga akhir abad ke-1 M. Para Imam menolak menganggapnya sebagai bagian dari Kitab Suci mereka dan selanjutnya dikenal dengan nama "Pseudepiqrapha". Akan tetapi naskah terjemahan dalam bahasa Yunani dari kitab-kitab itu disimpan oleh orang-orang Kristen -kadang tertulis dalam bahasa Suryani, Aramik, atau Etiopia, dalam manuskrip-manuskrip Qumran- sebagaimana pada periode para patriakh ke-12 dan Kitab Akhnokh - yang dapat menjelaskan bahwa kelompok Esenes memasukkannya ke dalam khazanah kitab suci mereka.

Sebagaimana diketemukan pula tulisan-tulisan berupa penafsiran yang menjadi interpretasi bagi kitab-kitab suci dengan metode penafsiran metaforis, atau tidak secara tekstual (harfiah), sebagaimana dilakukan oleh para pendeta. Di antara penemuan lainnya adalah Buku-buku Tafsir Kitab Perjanjian Lama, yang kadangkala bertentangan dengan penafsiran-penafsiran yang diberikan kepada Kitab Talmud. Sebagai contoh, pada Buku Tafsir Kitab Kejadian - bagian pertama Perjanjian Lama - bahwa kisah yang dipaparkan oleh Taurat berkenaan dengan perkawinan Firaun dengan Sarah, kita mendapati penafsirannya bahwa Raja Mesir itulah yang menculik Sarah. Atas perbuatannya itu si Raja Mesir menderita penyakit aneh, sehingga dengan terpaksa menyerahkan Sarah kepada suaminya, Ibrahim : "I
Di samping kitab-kitab agama, di dalam gua­gua Qumran, juga diketemukan tulisan-tulisan yang khusus berkenaan dengan kehidupan orang-orang sekte Esenes, antara lain "Kitab Para Murid", "Manuskrip Damaskus", "Mazmur Pujian" dan manuskrip "Kitab Peperangan". Kendati bahwa Kitab-kitab Taurat yang Lima dinisbatkan kepada Musa - yang hidup pada abad ke-14 SM- dan walaupun Kitab­Kitab Perjanjian Lama telah rampung dari penulisannya pada abad ke-6 dan abad ke-4 S M, namun terjemahan-terjemahan Kitab Taurat yang ada saat ini - termasuk dalam hal ini terjemahan dalam Bahasa Arab- semuanya bersandarkan pada naskah­naskah kanonik Ibrani yang ditulis oleh para penulis Yahudi (Masoret), yang kembali pada zaman sekitar tahun 1008 M.

Bangsa Yahudi, semenjak diijinkan oleh Cyrus, Penguasa Persia untuk mendirikan Rumah Suci dan kembalinya para pendeta dari Babel, pada sekitar abad ke-5 S M, mereka mempergunakan Taurat - Lima Kitab pertama dari Perjanjian Lama, yang berisi ajaran­ajaran Musa dalam peribadatan-, namun di kalangan mereka juga diketahui adanya "kitab-kitab suci" yang lain, seperti halnya kitab yang memaparkan sejarah bangsa Israel sepeninggal Musa. Selain itu ada pula sekumpulan kitab yang dinisbatkan kepada para Nabi yang muncul antara abad ke-10 hingga abad ke-6 SM, serta Kitab-kitab Kebijaksanaan dan Mazmur.

Sementara orang-orang sekte Esenes memperhatikan seluruh kitab, di mana mereka menafsirkan Taurat Musa berdasarkan pada ajaran para nabi dan syair-syair dalam Mazmur, justru para pendeta rumah suci hanya bersandar pada Lima Kitab Musa. Dan ketika kelompok pendeta rumah suci itu lenyap setelah kehancuran Rumah Suci Jerusalem di tangan Romawi pada tahun 70 M, para pendeta Yahudi sepakat untuk mendirikan Agama Yahudi yang berlandaskan pada ajaran Talmud yang diklaim sebagai penafsiran dari Taurat. Mereka meyakini adanya Taurat Lisan di samping Taurat Tertulis, yang bersumber dari Musa, dan berdasarkan Taurat Lisan itulah mereka menafsirkan Taurat Tertulis.

Ketika lahir Agama I
Pada akhir abad ke-1 M, para pendeta Yahudi mengadakan pertemuan di Yamenia, sebuah kota kecil dekat Yafa, wilayah pinggiran laut Palestina. Dalam pertemuan itu dilakukan revisi atas semua tulisan yang ada pada mereka sehingga diputuskanlah tulisan mana saja yang dapat dikelompokkan ke dalam apa yang kemudian dikenal dengan istilah "Kitab Kanonik", atau dengan ungkapan lain, mana yang layak menjadi bagian dari Kitab Perjanjian Lama, dan selebihnya dibuang. Dengan demikian, maka, naskah-naskah Ibrani yang diketemukan pada akhir abad Ke-10 M, yang selanjutnya menjadi rujukan bagi terjemahan­terjemahan modern, adalah berdasarkan pada Kitab Kanonik ini, yang rampung penyusunannya pada penghujung abad ke-1 M.

Di pihak lain, Raja Ptolomeus II (Pladilepius) - yang membangun Perpustakaan Aleksandria- telah mendatangkan sekelompok penulis kitab suci dari Jerusalem ke Aleksandria pada sekitar abad ke-3 SM. Para penulis itu membawa hasil tulisan masing-masing yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani dan kemudian dikenal dengan naskah Septuaginta. Oleh karena Gereja Kristen semenjak berdirinya mengandalkan naskah berbahasa Yunani, maka Septuaginta inilah yang dipergunakan oleh seluruh Gereja Kristen hingga abad pertengahan. Namun, semenjak diterjemahkanya Naskah Ibrani ke dalam bahasa Latin dan bahasa-bahasa lainnya, pada abad ke-16, terlihat adanya banyak perselisihan antara naskah Ibrani itu dengan Septuaginta., seperti misalnya, adanya bagian yang kurang atau lebih, adanya perbedaan pada ayat yang sama atau perbedaan berkenaan dengan nama-nama tempat dan catatan sejarah. Ditemukannya kitab-kitab lain dalam kelompok Septuaginta yang tidak terdapat pada Naskah Ibrani orang-orang Masoret, sehingga dengan demikian, ia dianggap sebagai Kitab Agama yang diragukan kebenarannya dan selanjutnya mendapat sebutan Apokripa. Perselisihan terus berlanjut di antara para penelaah Taurat, di mana sebagian dari mereka meyakini keabsahan salah satu naskah dan mengingkari naskah lainnya, dan sebagian lain berusaha memadukan di antara keduanya. Berlatar belakang persoalan yang demikian ini, maka ketika ditemukan naskah-naskah kuno di Qumran, menjelang berakhirnya Perang Dunia II, para peneliti memprediksi bahwa naskah-naskah tersebut nantinya akan menjadi kata pemutus dari perselisihan panjang itu.

Urgensi naskah-naskah kuno yang ditemukan di Qumran, paling tidak terdapat pada masa sejarah penulisan naskah-naskah tersebut yang berasal dari abad ke-2 SM, atau berdekatan dengan masa selesainya terjemahan Septuaginta Yunani, dan sebelum seleksi yang dilakukan oleh para pendeta Yahudi.

Kitab Yesaya yang berasal dari naskah kuno Qumran, disebut sebagai yang pertama kali diselesaikan terjemahannya dan diterbitkan pada tahun 1952. Namun di sana hanya ada sedikit saja perbedaan dengan naskah Ibrani yang ditulis oleh orang-orang Masoret, yang dapat disebut sebagal kesalahan tulis atau kesalahan pada struktur kalimat. Namun persolannya menjadl berbeda, ketika Frank Moore Cross -salah seorang ahli yang berwenang dalam penerjemahan naskah - menerbitkan sebagian darl Kitab Samuel yang berasal dari temuan di gua nomor 4, sebab dalam naskah tersebut ditemukan adanya perbedaan yang sangat substantif dengan naskah Masoret berbahasa Ibrani. Sementara jilka dihadapkan dengan naskah Septuaginta, keduanya sama persis. Namun pada bagian selanjutnya, perbedaan muncul kembali, bukan saja dengan naskah Masoret, tetapi juga dengan naskah Septuaginta. Bagian itu hanya memiliki persesuaian dengan Naskah Sumeria.

Perlu dikemukakan di sini bahwa di sana terdapat sekelompok kecil orang-orang Sumeria yang mendiami wilayah Naples, yang memiliki Kitab Suci Perjanjian Lama yang hanya terdiri dari Lima Kitab Musa saja. Kelompok Sumeria berkeyakinan bahwa asal-usul Kitab Suci yang ada pada mereka berasal dari zaman Nabi Musa. Terdapat perbedaan yang cukup tajam antara naskah Sumeria dengan Naskah Septuaginta dan naskah Masoret, antara lair berkenaan dengan perkiraan masa tinggal bangsa Yahudi di Mesir. Sementara naskah Ibrani menyatakan bahwa keberadaan mereka di Mesir berlangsung selama 430 tahun, sedangkan naskah Sumeria -yang dalam persoalan ini sepakat dengan naskah Septuaginta -bahwa masa tersebut meliputi rentang waktu menetapnya bangsa Israel di bumi Kana'an dan di Mesir, atau dengan ungkapan lain, adalah periode semenjak kedatangan Ibrahim ke kana'an hingga keluarnya Musa ke bukit Sinai.

Penemuan gulungan kecil di gua nomor : 4 di Qumran yang tertulis dalam bahasa Ibrani memuat bagian pertama Kitab Keluaran. Diketahui bahwa naskah tersebut bersesuaian dengan naskah Sumeria pada beberapa tempat, namun berbeda dengan naskah Ibrani.

Ini mengindikasikan bahwa kitab-kitab Sumeria merujuk kepada naskah kuno yang konon telah ada semenjak lahirnya kelompok ini pada abad ke-5 M.

Demikianlah bahwa kita mendapati di antara naskah Kitab Perjanjian Lama yang ditemukan di sekumpulan gua di Qumran di antaranya ada yang relevan dengan naskah Ibrani, Septuaginta berbahasa Yunani dan naskah Sumeria, selain ditemukan adanya naskah-naskah lain yang berisi kombinasi dari ketiga naskah yang ada. Semua bukti tersebut menunjukkan bahwa di sana -paling tidak- terdapat empat buah tulisan yang berbeda dari satu jenis kitab, yang merupakan bagian dari Perjanjian Lama. Hal tersebut mendorong banyak ilmuan Kristen menuntut agar tidak bersandar hanya pada satu Masoret saja, dalam upaya melakukan terjemahan baru. Di samping adanya pertimbangan sehingga diketahui mana di antara naskah yang ada yang paling sahih.
Read more

Selasa, 24 November 2009

Sekte Esenes, Kelompok Separatis Rumah Suci.




Siapakah orang-orang yang mendiami wilayah Qumran antara pertengahan abad ke-2 S M hingga pertengahan abad 1M. yang menyembunyikan manuskrip-manuskrip misterius di gua-gua Laut Mati? Para ilmuwan sepakat bahwa naskah-naskah kuno tulisan tangan yang diketemukan di Qumran .itu adalah milik sekte Yahudi yang menamakan diri mereka "Esenes". Sebutan mereka dengan nama tersebut menjadi bahan perdebatan di kalangan para ahli. Profesor Abbas Mahmud AI-Aqqad dalam buku "Hayat Almasih" (Kehidupan Almasih) edisi kedua, mengemukakan sebagai berikut,



"Pendapat yang paling akurat dari berbagai tesis yang ada adalah bahwa orang-orang yang khusyu, yang menghuni rumah peribadatan di Qumran ilu adalah sekelompok sekte Esenes, salah satu sekte konservatif dan sangat keras mempertahankan hukum-hukum agama Yahudi, yang menantikan keselamatan mereka dengan datangnya Sang Juru Selamat yang dijanjikan. Sekte ini yang juga sempat kami singgung dalam tulisan kami 'Kejeniusan Almasih', merupakan kelompok bani Israel yang paling bersih dari perbuatan dosa dan hawa nafsu. Dalam tingkat keberagamaan, mereka terbagi menjadi tiga kelas. Dalam sumpah kesetiaan, mereka bersumpah untuk menjaga rahasia kelompoknya, dan sesudah itu mereka diharamkan untuk bersumpah seeara benar atau palsu seumur hidup. Mereka beriman pada hari kiamat, kebangkitan dan kerasulan Almasih sang Juru Selamat. Pendapat kami bahwa nama Esenes berasal dari derivasi "asi " yang berarti tabib. "



Para ilmuan sejarah berbeda pendapat berkenaan dangan asal penamaan Esenes. Sebagaimana tersebut di atas bahwa Profesor Aqqad menyebutnya berasal dari akar kata `asi' dalam bahasa Aramik yang berarti tabib. Akan tetapi penulis berbeda pendapat dengan Profesor Aqqad, sebab jamak dari kata "ast"' bukannya "esen" tetapi "asen". Meskipun diketahui bahwa mereka mempergunakan ramuan obat-obatan untuk terapi penyembuhan berbagai macam penyakit, namun mereka bukanlah para tabib, dan tidak terdapat satupun tulisan kuno yang memperkuat dugaan bahwa mereka berprofesi sebagai tabib.

Nama kelompok Esenes tertulis dalam bahasa Yunani dalam karya sejarah Philo Judaeus 1), Josephus Flavius 2), dan Pliny the Elder 3), masing-masing dalam ungkapan " Esenoy" atau " Esau" sedangkan nama orang yang menisbatkan dirinya kepada nama itu disebut " Esawi". Persoalan mendasar yang dihadapi oleh para peneliti adalah bahwa meskipun asal kata dari nama kelompok ini merupakan peristilahan lokal, namun mereka mendapatinya hanya tertulis dalam bahasa Yunani. Untuk itu pertu dilacak asal kata dari istilah tersebut.

Sebagian peneliti mengasumsikan bahwa istilah itu berasal dari bahasa Aramik atau Ibrani; namun mereka tidak kunjung sepakat pada kata tertentu yarig menunjukkan bahwa kelompok tersebut pernah berdiam di wilayah Palestina. Namun demikian, di sana terdapat indikasi kuat yang menghubungkan kelampok Esenes dengan Nabi Yesaya, yang membelot dari kelompok Pendeta Rumah Suci dan memilih hidup menyendiri menantikan kedatangan Sang Juru Selamat pada akhir zaman (hari kiamat). Nama Yesaya dalam bahasa Ibrani adalah "Vasya Ya', seperti "Yasyu"' dan "Yasu"' yang mempunyai satu pengertian yakni keselamatan Tuhan. Sedangkan nama "Yasu"' dalam bahasa Yunani -atau "Isa" dalam bahasa Arab­ditulis sebagai "Esu". Tampaknya bahwa nama Yesaya juga dipakai untuk menamahan murid-murid Nabi Yesaya. Para peneliti telah menemukan tiga bagian dalam Kitab Yesaya ditulis selama kurun waktu dua abad, antara abad ke-6 hingga abad ke-4 SM. Apapun alasannya, di antara jemaat yang mendiami wilayah Qumran bersama nabi Yesaya terdapat hubungan yang erat -berkat penemuan di dalam gua-gua hunian mereka- dengan tulisan-tulisan Nabi Yesaya dalam jumlah besar, dan mereka menafsirkan tulisan-tulisan itu dengan metode khusus yang menjadi rahasia di antara mereka, terutama bagian-bagian yang berkenaan dengan "Hamba Tuhan", dan kelahiran "Emanuel". Naskah-naskah ini juga-lah yang diandalkan oleh para penulis Injil untuk mengisyaratkan kelahiran Isa Almasih yang mereka sebut sebagai "nubuwat Sang Guru di masa mendatang".

Mengetahui asal kata dari peristilahan ini barangkali tidak sedemikian sulit, jika kita mengingat bahwa huruf "ain" dalam bahasa Arab dan pada semua bahasa Semitik akan menjadi "alif" dalam bahasa-bahasa Eropa di antaranya bahasa Yunani. Kata `arab - menjadi "a r b " , 'Umar menjadi Umar, `Isa menjadi Isa. Kalau saja huruf "A" dalam kata Yunani itu kita ganti dengan "ain", maka akan menjadi `ISAWI, - dan itulah istilah yang dipergunakan dalam bahasa Arab sampai sekarang, sehingga dengan demikian nama sekte tersebut adalah 'ISAWIYYUN.

Menurut penjelasan Pliny, dalam bukunya "Natural History", sesungguhnya kelompok Esenes mendiami wilayah antara kota Yericho (Ariha) kawasan lembah Jordan di utara dan kota `Ein Juda di tepian Laut Mati di selatan. Kawasan yang sama di mana terletak wilayah tak berpenghuni di Qumran. Paska kedatangan orang-orang Yahudi dari Babel, para pendeta Yahudi berhasil menyeru manusia pada ajaran agama Yahudi yang didirikan berdasarkan penafsiran mereka yang sangat khusus atas Taurat Musa. Dan berdasarkan retorika penafsiran itu pula para pendeta menyusun ulang format kitab suci Yahudi. Bersamaan dengan dibolehkannya orang-orang Yahudi untuk membangun kembali rumah suci kaum Yebusi oleh penguasa Parsi, maka dengan demikian, rumah suci itu menjadi pusat kegiatan peribadatan para pendeta.

Ibadah Yahudi yang dilakukan oleh kelompok pendeta, terdiri dari ritual-ritual tertentu, yang penting di antaranya adalah menyembelih hewan kurban yang dilakukan oleh para pendeta di rumah suci setiap hari, terlebih pada hari Sabat atau hari-hari raya. Orang­orang Yahudi awam, masing-masing diminta untuk mempersembahkan sebagian hasil usaha mereka untuk rumah suci. Oleh sebab jabatan Kependetaan itu menjadi status yang sifatnya turun temurun dalam garis keturunan keluarga "para pendeta", maka secara otomatis, "status kependetaan" itu selanjutnya membentuk hierarkhi baru dalam masyarakat Yahudi, yang mampu mendatangkan sumber kekayaan yang cukup melimpah.

Dengan masuknya komunitas aristokrat dan para pedagang, hierarkhi tersebut selanjutnya menjadi populer sebagai Sekte Saduki atau Sedukhem. Kelas sosial Yahudi tersebut kemudian memegang otoritas atas bangsa Yahudi melalui ritus-ritus keagamaan. Tidak ada doa atau upacara keagamaan lainnya yang berlangsung dalam agama Yahudi yang dapat dilaksanakan sendiri oleh para pemeluk, baik di rumah atau di tempat peribadatan lain, melainkan harus datang ke Rumah Suci di Jerusalem dan mempersembahkan kurban kepada para Pendeta.

Sekte Saduki mempercayai bahwa arwah akan mengalami kematian bersamaan dengan kematian jasad. Sekte Saduki menerapkan ajaran Taurat secara sangat tekstual, dan dalam penafsiran teks-teks Taurat sama sekali terlepas logika akal, seperti halnya analogi. Berdasarkan konsep teori penafsiran seperti itu, maka sekte Saduki tidak mengimani keabadian arwah, tidak pula kebangkitan manusia sesudah mati, atau perhitungan amal perbuatan (hisab). Saduki juga tidak mempercayai adanya wujud malaikat dan jin, karena dalam pendirian Seduki bahwa ajaran Taurat berdiri di atas prinsip kemaha-esaan Tuhan. Oleh karena itu tidak ada penyembahan berhala dan berikut ilah-ilah lain dalam keyakinan Saduki. Sedangkan kepercayaan pada hari kiamat dan hisab di kehidupan akhirat sesudah mati tidak disebutkan dalam kitab­kitab yang dinisbatkan kepada Musa, akan tetapi tercantum di dalam kitab Nabi-nabi, seperti halnya Yesaya.

Sementara sekte Seduki (Kelompok Pendeta) mendasarkan ajaran agama Yahudi hanya pada lima Kitab Taurat saja, yakni lima kitab pertama pada Perjanjian Lama, (Kejadian, Eksodus, Orang-orang Levi, Bilangan dan Ulangan -dan dengan demikian mengesampingkan kitab Nabi-Nabi- sebaliknya sekte Esenes menetapkan bahwa kitab Nabi-Nabi itu menjadi bagian yang integral dari literatur agama. Ketika perbedaan pandangan keagaamaan ini mencapai puncaknya dan sekte Seduki memerangi mereka, kaum Esenes meninggalkan kota dan mengasingkan diri diwiiayah terpencil dan melakukan ritus-ritus peribadatan secara sembunyi-sembunyi, sehingga selamat dari penindasan kelompok pendeta Seduki.

Berdasarkan pada tulisan-tulisan Philo Judaeus, filosof Yahudi dari Aleksandria yang hidup pada awal abad Masehi, dan Josephus, sejarawan yang hidup di Palestina dan penulis sejarah Yahudi untuk Romawi pada akhir abad pertama Masehi, bahwa kaum Esenes tersebut pernah ada di Palestina, tepatnya di kawasan terdekat dengan wilayah barat laut pantai Laut Mati. Dan berdasarkan pada sumber-sumber tulisan kuno, para penganut Sekte Esenes, meskipun mereka adalah pemeluk Yahudi tetapi mereka mempunyai perbedaan yang amat menyolok dengan pemeluk Yahudi pada umumnya, oleh sebab kepercayaan mereka pada keabadian arwah, pada perhitungan di hari akhir, dan mereka tidak melakukan ritus pengurbanan hewan sembelihan di kuil. Dan jumlah mereka relatif kecil, tidak lebih dari 4000 orang pada awal abad pertama Masehi.

Para pengikut sekte Eseness terbagi menjadi dua kelompok; pertama, hidup seperti layaknya para rahib dan tidak menikah, sedang kelompok kedua, hidup bersahaja dan menikah. Meskipun di antara keduanya ada perbedaan, namun semua penganut Esenes mepunyai semangat menjauhkan diri dari dunia materi dan kesenangan hidup. Tidak ada di antara mereka kelompok kaya dan kelompok miskin, karena semuanya menjadi satu dalam hak kepemilikian. Esenes meyakini bahwa wujud materi yakni jasad manusia adalah wujud temporal yang fana. Sedangkan wujud yang hakiki ada di alam kehidupan arwah, dan oleh karena itu mereka tidak takut mati. Orang-orang Esenes ini hidup dalam kelompok-kelompok secara sangat bersahaja, mengenakan selendang putih ciri khas mereka. Rutinitas keseharian mereka dimulai dengan bangun pagi untuk melaksanakan shalat fajar kemudian pergi ke ladang karena sebagian besar mata pencarian mereka adalah bercocok tanam. Mereka mengerjakan shalat yang kedua saat matahari tenggelam dan sesudah itu berkumpul bersama anggota keluarga untuk makan malam, yang umumnya terdiri dari roti dan satu macam jenis sayuran.

Bersuci dengan mempergunakan air sebelum melakukan shalat, merupakan tradisi ibadah sangat penting dan dipegang teguh oleh para pengikut sekte Esenes. Bukan hal yang sederhana bagi siapapun untuk menjadi anggota sekte Esenes, khususnya wanita, karena sekte Esenes tidak menerima keanggotaan dari kaum hawa. Yang berminat menjadi anggota sekte Esenes terlebih dahulu harus lolos ujian panjang yang berlangsung selama satu tahun. Jika yang bersangkutan lulus, ia baru diperbolehkan mengikuti ritual-ritual khusus selama dua tahun dan baru benar-benar menjadi anggota pada tahun ketiga.

Orang-orang dari sekte Esenes mempunyai kebiasaan yang sangat unik, di mana mereka memanfaatkan sebagian besar waktu malam untuk membaca Taurat juga Kitab Nabi-Nabi, khususnya Kitab Yesaya. Mereka menafsirkan kitab suci mereka itu secara metaforis, bukan secara harfiah. Maka dari itu sangat sulit bagi orang lain untuk memahami makna sesungguhnya dari pembicaraan mereka (ritual ibadah mereka, pent) kecuali bagi yang memahami benar rahasia ajaran kaum Esenes. Sekte Esenes mengharamkan atas para pengikutnya untuk melakukan sumpah kecuali hanya satu jenis sumpah untuk menjaga kerahasiaan sekte, yang dilakukan pada saat diterima sebagai anggota kelompok. Kerahasiaan lain yang sangat dijaga oleh kaum Esenes adalah berkenaan dengan nama-nama malaikat, yang menjadi kewajiban masing-masing anggota untuk menghafalkannya. Sedangkan penganut Yahudi pada umumnya tidak mempercayai adanya malaikat.

Perselisihan yang terjadi antara Esenes dan Seduki menjadi sebab bagi lahirnya sekte baru yang memiliki struktur kepercayaan moderat, yang dikenal dengan nama Farisi. Tersebarnya filsafat Plato yang mempercayai adanya alam spiritual metafisis, berakibat pada munculnya keyakinan akan keabadian arwah sesudah mati. Sekte Farisi percaya pada takdir, yang substansinya adalah bahwa segala sesuatu yang terjadi sesungguhnya telah ditentukan sebelumnya dan tidak mungkin untuk dihindari. Akan tetapi mereka juga meyakini kebebasan manusia untuk berkehendak dan memilih. Mereka mengataan bahwa Tuhan akan memberi kemudahan bagi mereka yang berbuat kebajikan, sedangkan orang yang meniti jalan kejahatan, Tuhan akan membiarkan dirinya dengan pilihannya itu. Bertolak dari keyakinan ini mereka mengatakan bahwa arwah orang-orang jahat akan ditempatkan dalam penjara abadi dan mengalami siksaan sepanjang masa. Adapun arwah orang-orang yang baik dalam pandangan Farisi, mereka itu akan hidup kembati dalam jasad lain. Dengan ungkapan lain mereka percaya pada inkarnasi atau kembalinya arwah ke bumi.

Sebagai usaha memberikan legitimasi atas penafsiran-penafsiran mereka yang sangat bertolak belakang dengan ajaran para Pendeta, sekte Farisi mendirikan konsep teori baru yang mengatakan bahwa selain Taurat tertulis, Tuhan juga memberikan kepada Musa "Hukum Lisan" yang sampai kepada mereka melalui jalam periwayatan yang turun temurun -dan selanjutnya mereka mengabadikannya dalam Talmud­. Di samping itu mereka juga mempergunakan logika akal dalam menafsirkan teks-teks kitab suci. Mereka berpendapat bahwa perubahan zaman akan berarti perubahan tuntutan, sehingga yang penting dalam hal ini adalah penerapan substansi hukum, bukan formalitas hukum itu. Seperti contoh, dalam menerapkan ayat "mata dibalas dengan mata", mereka mengatakan bahwa pada masa itu, tidak mesti harus dengan membunuh pelaku, sebab hal itu dapat saja diganti dengan memberikan ganti rugi kepada korban.

Tidak diragukan bahwa orang-orang Farisi-lah yang membangun agama Yahudi Rabinik (Rabbinic Judaism) setelah berakhirnya masa kependetaan menyusul hancurnya Rumah Suci Yerusalem di tangan penguasa Romawi pada tahun 70 S M, dan semua pendeta yang ada di dalamnya tewas terbunuh. Namun demikian kita melihat adanya kesamaan pandangan antara sekte Farisi dan Seduki berkenaan dengan jatidiri dan peran Almasih. Kaum Farisi memerangi pengikut-pengikut Isa As. dan menghalang-halangi misi kaum Esenes. Orang-orang Yahudi -hingga saat ini- masih menantikan kedatangan Mesiah yang lain, selain Isa, yang akan menjadi Pemimpin dan Raja keabadian. Maka berdasarkan keyakinan ini, penulis berpendapat bahwa kelompok Esenes, meskipun mereka menjadi bagian dari komunitas Yahudi sebelum kehancuran Beit Suci, namun pada hakikatnya mereka sangat berbeda dengan Yahudi pada umumnya, berkenaan dengan keimanan pada keabadian arwah dan hari kiamat. Pada saat kedatangan sang Guru, yang akan memimpin pertempuran "Putera cahaya" melawan "Putera kegelapan". Mesiah yang mereka nantikan akan menang dan kejahatan akan sirna sepanjang masa. Oleh sebab itu, kebanyakan para peneliti condong kepada kesimpulan bahwa orang­orang sekte Esenes adalah komunitas Judeo-Kristen yang akan kita ketahui lebih lanjut tentang jati diri mereka pada bahasan-bahasan mendatang.






--------------------------------------------------------------------------------




(Footnotes)



1. Disebut juga Philo of Alexandria, Filosof Yahudi yang berbahasa Yunani, seorang yang paling representatif dalam Yahudi Helenis, dalam tradisi Kristen ia dianggap sebagai pelopor Teologi Kristen (pent-). Lihat Encyclopaedia Britannica.

2. Nama aslinya Joseph Ben Matthias, pendeta Yahudi, sarjana, dan ahli sejarah yang menulis karya-karya tak ternilai tentang revolusi Yahudi th. 66-70 juga tentang sejarah Yahudi masa awal. Karya terpentingnya adalah Sejarah Perang Yahudi (75-79), "The Antiquities of the Jews" (93), dan "Against Apion". (Pent-). Idem.

3. Lahir th 23 M di Gaul (sekarang Itali), nama lengkapnya dalam bahasa latin Gaius Plinius Secundus, penulis "Natural History", merupakan karya ensiklopedi. (pent-), idem.
Read more

Jumat, 13 November 2009

Misteri di Balik Raibnya Naskah Qumran






Penemuan tulisan-tulisan tangan berbahasa Ibrani dan Aramaik kuno di propinsi Qumran, paska Perang Dunia II telah memicu antusiasme para Ahli Sejarah Kitab Suci untuk mendapatkan informasi tentang naskah-naskah tersebut yang diharapkan dapat memberikan jawaban atas misteri dari periode penting dalam sejarah umat manusia. Hal itu tentu saja sangat beralasan mengingat bahwa naskah berbahasa Ibrani paling kuno yang ada saat ini dari Kitab-kitab Perjanjian Lama berasal dari abad ke-10 M. Selain bahwa naskah-naskah tersebut menyimpan perbedaan-perbedaan cukup besar jika dihadapkan dengan naskah-naskah septuagintal Yunani yang berhasil diterjemahkan di Aleksandria pada abad ke-13 SM. Manakah di antara kedua naskah yang paling sahih dalam hal terjadinya perbedaan? Manakah di antara keduanya yang paling dapat diandalkan? Tidak hanya terbatas pada Jemaat-Jemaat Yitzrael, bahkan Gereja-Gereja Kristen Yunani, mengakui Perjanjian Lama sebagai bagian dari Kitab Suci mereka. Sementara umat Kristen hingga abad ke-10 M, mengandalkan naskah Septuaginta (naskah Yunani, pent) dan setelah itu mereka beralih - kecuali Gereja Yunani Timur- ke naskah Ibrani pada awal abad yang sama.

Sebagaimana sumber-sumber yang sampai kepada kita tentang al-Masih, semuanya berasal dari tulisan-tulisan yang disusun pada setengah abad semenjak waktu yang ditentukan sebagai saat wafatnya Yesus. Dan tidak terdapat satu naskahpun - meskipun sedikit - dari sumber-sumber sejarah masa kini yang menyebutkan secara pasti periode yang dikatakan bahwa Yesus pernah hidup di masa itu. Bahkan sebaliknya, Kitab-kitab Perjanjian Baru sendiri - sebagai rujukan satu-satunya tetang kehidupan Yesus­memberikan kepada kita inforamsi yang kontradiktif berkenaan dengan kehidupan dan kematian Yesus. Injil Matius menyebutkan bahwa Yesus dilahirkan pada masa pemerintahan Kaisar Herodus, yang mangkat pada tahun ke-4 SM. Sedangkan Injil Lukas menetapkan kelahiran al-Masih pada masa sensus penduduk oleh Romawi, yakni tahun ke-enam kelahiran al-Masih. Perbedaan juga muncul berkenaan dengan masa berakhirya kehidupan al-Masih di bumi. Berdasarkan keterangan-keterangan yang didapat dari kitab-kitab Injil, ada yang menetapkan pada tahun ke­30, tahun ke-33 dan ada pula yang menetapkannya pada tahun ke-36.

Sementara keyakinan terdahulu menegaskan bahwa para penulis Injil itu adalah para murid dan sahabat yang hidup semasa al-Masih, dan mereka menjadi saksi hidup atas maklumat yang mereka tulis. Akan tetapi, saat sekarang ini menjadi jelas bahwa tidak seorangpun dari para penulis Injil itu yang pernah bertemu Yesus. Para penulis itu tanpa terkecuali bersandar pada riwayat-riwayat yang mereka dengar dari orang lain atau dari penafsiran-penafsiran mereka terhadap tulisan-tulisan kuno.

Berdasarkan pada kenyataan ini, maka penemuan tulisan-tulisan kuno yang mendahului atau semasa dengan zaman kehidupan Yesus di kawasan yang hanya berjarak beberapa kilometer dari kota Jerusalem, yang disebut-sebut sebagai kota tempat meninggalnya al-Masih, telah membangkitkan kembali harapan untuk menemukan sumber-sumber pengetahuan untuk menyingkap tabir misteri dan hakikat persoalan dalam sejarah institusi agama Kristen dan keterkaitannya dengan jemaat-jemaat Yahudi yang ada pada masa itu. Antusiasme menjadi bertambah besar semenjak dipublikasikannya bagian­bagian awal manuskrip pada tahun enam puluhan. Maka jelaslah bahwa tulisan-tulisan tangan itu berkaitan erat dengan kelompok Judeo-Kristen yang dikenal sebagai Kaum Esenes, yang memiliki seorang guru bijak dengan sifat dan karakter yang tidak berbeda dengan al-Masih. Namun sayang bahwa antusiasme yang muncul di kalangan para ilmuan sejarah kitab suci dan para pembaca awam justru menimbulkan rasa cemas dan khawatir dari pihak otoritas agama dan institusi-institusi Yahudi maupun Kristen. Alasan kecemasan itu tidak berhubungan dengan rasa takut bahwa informasi yang berhasil diketemukan akan menguatkan keimanan orang-orang muslim, sebab sejatinya bahwa tulisan-tulisan itu merupakan tulisan keagamaan kuno. Namun kecemasan itu lebih mengarah pada kekhawatiran akan terjadinya penyelewengan dan perubahan yang tidak saja berkenaan dengan hakikat sejarah, tetapi juga meyangkut penafsiran teks-teks keagamaan berikut maknanya.

Berdasarkan alasan demikian ini, maka semenjak pemerintah Israel menduduki kota Jerusalem Lama paska Perang Juni 1967, usaha-usaha penerbitan masuskrip Laut Mati secara praktis terhenti. Sementara di sana masih tersisa lebih dari separoh yang belum sempat diterbitkan. Bahkan lebih dari itu, pemerintah Israel berupaya untuk membungkam suara-suara yang datang dari segala penjuru -yang paling lantang justru dari para ilmuan Israel sendiri-. Untuk berkelit dari desakan terus­menerus itu, pemerintah Israel merencanakan sebuah aksi simbolis. Pihak berwenang di Depertemen Arkeologi Israel mengirimkan gambar-gambar potografi yang diklaim sebagai telah mewakili seluruh naskah yang ada di musium Rockefeller di Jerusalem, kepada Universitas Oxford di Inggris dan kepada sebuah universitas di Amerika Serikat. Selanjutnya pemerintah Israel berpura-pura seolah-olah geram dan melancarkan aksi protes ketika universitas yang dimaksud menerjemahkan dan mempublikasikan gambar-gambar photografi manuskrip tersebut tanpa izin resmi dari pemerintah Israel.

Drama simbolis pemerintah Israel ini, agaknya dimaksudkan untuk memberi kesan seolah-olah semua naskah manuskrip telah diterjemahkan dan dipublikasikan, sehingga dengan demikian tidak akan ada lagi alasan pihak manapun untuk mendesak pemerintah Israel agar memperlihatkan semua naskah kuno yang ada di tangannya. Bisa dipastikan bahwa di sana masih ada sejumlah naskah yang potongan­potongannya masih belum terpublikasikan, dan oleh pihak-pihak tertentu sengaja dirahasikan keberadaannya, agar dengan demikian ia akan dilupakan kembali oleh sejarah. Akan tetapi, bagian yang telah dipublikasikan sebelumnya, cukup untuk memberikan penjelasan kepada kita apa sejatinya misteri yang oleh pihak tertentu sengaja ditutup-tutupi. Inilah yang hendak kita coba untuk mengungkapnya pada bahasan-bahasan berikut.

Manuskrip Laut Mati yang dimaksud adalah sekumpulan tulisan tangan kuno yang berhasil diketemukan antara tahun 1947 - 1956 di dalam gua­gua tersembunyi di pegunungan yang terletak di sebelah barat Laut Mati, antara lain kawasan Qumran, Muraba'at, Khirbat, Mrd, Ein Jeda dan Masada. Penemuan tersebut, khususnya yang berasal dari wilayah Qumran atau Umran, wilayah Tepi Barat Jordan yang berjarak hanya beberapa kilometer selatan kota Yerikho (Areeha), semenjak setengah abad yang lalu, telah membawa dampak sangat dalam pada pola pikir peneliti-peneliti Yahudi dan Kristen di seluruh dunia. Selanjutnya penemuan-penemuan spektakuler itu, secara pasti, telah mengakibatkan terjadinya perubahan pada banyak struktur kepercayaan yang selama ini diyakini di Palestina. Meski demikian, kita masih berada di awal langkah sehingga belum bisa diharapkan untuk mendapatkan hasil-hasil yang sempurna, kecuali apabila seluruh naskah yang ada berhasil dipublikasikan dan difahami maknanya oleh para peneliti.

Ketika Perang Dunia II hampir reda, tepatnya pada bulan Pebruari tahun 1947, ditemukan gua pertama dekat Laut Mati. Ketika itu Palestina di bawah perwalian Inggris dan Jerusalem masih dalam genggaman rakyat Palestina. Awalnya, Muhammad Ad-Dib, seorang anak gembala kehilangan seekor domba miliknya. Ia berasal dari suku Ta'amirah yang mendiami wilayah yang membentang dari Jerusalem hingga tepian Laut Mati. Dalam usaha menemukan dombanya yang tersesat, anak gembala itu naik ke sebuah batu cadas. Dari tempat itu ia melihat celah sempit dari sebuah tebing yang berhadapan dengan lereng gunung. Dipungutnya sebuah batu, ia lemparkan batu itu ke dalam gua dan sekonyong­konyong terdengar beturan batu yang dilemparkannya dengan benda-benda yang tampaknya terbuat dari bahan tembikar. Gembala kecil itu kemudian menaiki lereng gunung dan mengintip dari atas. Dalam suasana remang-remang, Muhammad menyaksikan sejumlah perabot dari tembikar yang tersusun rapi di lantai gua. Esok paginya, Muhammad kembali ke gua diikuti beberapa orang kawan. Dan benar, di dalam gua itu mereka menemukan seperangkat perabot dari tembikar dan tujuh gulungan tulisan tangan.

Dalam waktu singkat, naskah manuskrip tulisan tangan itu telah dipamerkan untuk dijual oleh pedagang barang antik di Jerusalem, bernama Kando. Ia membeli barang itu dari seorang penduduk Ta'amirah. Athanasius Samuel, Kepala Biara Katolik Saint Markus di Swiss yang pada saat itu sedang berada di Jerusalem membeli 4 buah manuskrip, sedangkan 3 buah lainnya dibeli oleh Profesor Eliezer Sukenik dari University of Hebrew di Jerusalem.

Ketika Perang Arab - Israel berkecamuk, menyusul proklamasi berdirinya Negara Israel pada tanggal 15 Mei 1948, Atanasius khawatir akan nasib naskah-naskah kuno yang dibelinya. Ia berniat mengirimkan ke-empat naskah itu ke Amerika Serikat untuk dijual di sana. Namun akhirnya naskah-naskah itu dibeli oleh Yigael Yadin -anak Profesor Sukenik­dengan harga seperempat juta US dollar atas nama Hebrew University di Jerusalem. Dengan demikian, tujuh naskah temuan pertama itu berada dalam kepemilikan Hebrew University di Israel.

Ketika dicapai kesepakatan damai Arab-Israel pada 7 Nopember 1949, kawasan Qumran dan sepertiga bagian utara wilayah Laut Mati menjadi wilayah teritorial Kerajaan Hashemit Jordania, sehingga dengan demikian pihak berwenang di Jordan dapat dengan leluasa melancarkan rangkaian ekspedisi arkeologis guna melacak keberadaan manuskrip kuno yang masih tersisa. Meskipun di pihak lain warga Ta'amirah merahasiakan keberadaan gua­gua misterius itu, namun pada akhirnya pihak berwenang Jordan berhasil menemukannya pada akhir bulan Januari 1949.

Menyusul penemuan lokasi gua-gua Qumran, pihak berwenang Jordan segera melancarkan ekspedisi pencarian di dalam gua-gua tersebut. Di bawah pengawasan G.L. Harding, seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris yang yang menjabat sebagai Direktur Departemen Arkeologi Jordan bersama Pendeta Roland de Vaux direktur French Dominican I'Ecole Biblique, di Jerusalem Timur, ekspedisi itu berhasil menemukan ratusan potongan-potongan kecil di dalam gua berikut benda-benda kuno dari tembikar, kain dan benda-benda dari kayu. Benda-benda antik tersebut tentu sangat membantu upaya menentukan masa sejarah tulisan-tulisan tangan dari zaman kuno itu. Namun sayangnya, ekspedisi kali ini tidak dilanjutkan hingga mencakup wilayah Khirbat - dataran di bawah lokasi gua- kecuali pada bulan Nopember 1951, di mana diketemukan puing-puing perkampungan kuno yang didiami oleh para pengikut sekte Esenes, di dalamnya juga diketemukan benda­benda kuno romawi antara lain; kepingan uang logam, yang dari masa pembuatannya mengindikasikan bahwa gua-gua tersebut dihuni oleh orang-orang tertentu hingga berkobarnya gerakan pemberontakan Yahudi melawan penguasa Romawi antara tahun 66 - 70 M, yang berakhir dengan pembumihangusan kota Jerusalem dan diusirnya bangsa Yahudi dari kota tersebut dan wilayah-wilayah lain di sekitar Jerusalem.

Karena tamak untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan materi, penduduk Ta'amirah menjelajahi hampir seluruh kawasan tepi Laut Mati guna menemukan manuskrip-manuskrip lain yang diperkirakan masih tersembunyi di gua-gua wilayah pegunungan. Pada bulan Nopember 1952, seorang warga Badui Ta'amirah berhasil menemukan gua lain yang tersimpan di dalamnya sejumlah besar gulungan manuskrip yang telah lapuk dan menjadi potongan­potongan kecil. Ia kemudian menjualnya kepada pihak berwenang di Jordan. Cara pencarian yang dilakukan oleh penduduk Ta'amirah itu kemudian ditiru oleh pemerintah Jordan untuk melakukan eksplorasi di gua­gua Laut Mati dalam upaya menemukan naskah­naskah yang masih tersisia. Puncaknya, pada tahun 1965, ditemukan sekumpulan gua yang terdiri dari dua belas buah, juga di wilayah Qumran. Gua-gua baru yang berhasil ditemukan itu selanjutnya diberi nomor sesuai urutan penemuan. Warga Ta'amirah menemukan gua nomor 1, 4, dan 6, sedangkan tujuh gua laiinnya ditemukan oleh pihak berwenang Jordan.

Di pihak lain, Athanasius -setelah melakukan tes kelayakan arkeologis naskah-naskah Laut Mati­telah memberil
Pater De Voux, selanjutnya ditunjuk menjadi Penanggung jawab Ekspedisi Arkeologis Jordan dalam upaya menemukan naskah-naskah kuno di Qumran, merangkap Penanggung Jawab proyek penyiapan dan penerjemahan Naskah. Oleh de Foux, potongan­potongan naskah yang berhasil diketemukan di Gua Nomor-1 diserahkan kepada Dominique Partolemi dan Millick, keduanya patner kerja de Foux di French Dominican I'Ecole Biblique. Penerbitan naskah terjemahan dilakukan oleh Oxford University pada tahun 1955. Namun sebelum itu, pemerintah Jordan telah terlebih dahulu membentuk I
Menyusul sesudah itu, pada tahun 1961, terjemahan manuskrip yang diketemukan di gua kawasan Muraba'at, arah selatan Qumran, oleh Josef T. Milik, telah dipublikasikan pula. Bagian keempat dari manuskrip Muraba'at yang berisikan kitab-kitab Mazmur yang berasal dari temuan di gua nomor 11 itu dipublikasikan pada tahun 1965. Sedangkan bagian kelima yang merupakan potongan-potongan yang berasal dari gua nomor 4 diterbitkan pada tahun 1968.

Pada perkembangan berikutnya, diketemukan pula manuskrip-manuskrip kuno di gua-gua lain di luar kawasan Qumran, antara lain di wilayah Mird, arah barat daya Qumran, Muraba'at (arah tenggara Qumran) dan Masada, sebuah benteng kuno Yahudi di selatan Laut Mati yang dikuasai pemerintah Israel. Dalam usaha menemukan manuskrip-manuskrip kuno itu, penduduk Qumran tidak puas dengan pencarian di Qumran saja, mereka bahkan telah menjelajahi hampir seluruh kawasan pegunungan yang membentang sepanjang kawasan pantai Laut Mati. Pada bulan 0ktober tahun 1951 lagi-lagi seorang warga Badui Ta'amirah menemukan sejumlah manuskrip dalam bahasa Ibrani dan Yunani di sebuah gua di kawasan oase Muraba'at, kurang lebih 15 km selatan gua Qumran yang pertama, lalu ia menjual naskah temuan itu kepada pihak berwenang Jordan. Pada saat yang sama, sejumlah warga Ta'amirah lainnya menemukan sebagian tulisan-tulisan kristiani di wilayah Mird, dekat Qumran, di antaranya tertulis dalam bahasa Suryani. Sebuah tim ekspedisi yang beranggotakan para arkeolog Israel di bawah pimpinan Yigael Yadin, juga melakukan pencarian naskah kuno antara tahun 1963 - 1965, khususnya di bekas-bekas peninggalan di benteng Masada, dalam wilayah kekuasaan Israel, arah timur laut kota Arikha (AI-Khalil), dan berhasil menemukan beberapa buah naskah kuno. Namun yang menjadi sorotan kita di sini adalah tulisan-tulisan kuno yang berasal dari Qumran, yang diyakini merupakan peninggalan orang­orang sekte Esenes, bukan tulisan-tulisan Yudaisme dan Kristen yang ditemukan di luar Qumran.

Pecahnya Perang Arab - Israel tahun 1967 menyebabkan jatuhnya wilayah Tepi Barat ke dalam cengkeraman pemerintah pendudukan Israel, begitu juga museum Jerusalem, tempat di simpannya manuskrip-manuskrip kuno. Tidak ada yang terlepas Jari penguasaan pihak berwenang Israel selain sebuah manuskrip tembaga, sebab pada saat itu, naskah berada di Amman, Jordan. Dan semenjak saat itu, semua aktifitas publikasi naskah kuno praktis terhenti.






--------------------------------------------------------------------------------




(Footnotes)



1. Pada saat bahasa Yunani menjadi bahasa yang umum dipakai di wilayah Mediteranian, Kitab Perjanjian lama-Bible berbahasa Ibrani- kurang komperhansif bagi sebagian besar masyarakat. Karena alasan ini, para sarjanaYahudi menerjemahkan Kitab Perjanjian Lama dari bermacam-macam teks Ibrani juga dari fragmen-fragmen berbahasa Aramaik, ke dalam bahasa Latin, inilah yang disebut "SEPTUAGINT", lihat Encyclopaedia Britannica Deluxe Edition 2004 CD-Room (penerjemah).
Read more

Kamis, 12 November 2009

Misteri Naskah Laut Mati


Pada pertengahan abad 20, sekitar setengah abad yang lalu, terdapat dua penemuan arkeologi yang menggemparkan bagi dunia Kristen. Pertama, penemuan teks Injil Thomas di Nag Hamadi-Mesir pada tahun 1945. Dua tahun setelahnya, 1957, terjadi penemuan kedua berupa gulungan manuskrip di Qumran dekat Laut Mati, yang kemudian dikenal dengan Gulungan Laut Mati (the Dead Sea Scrolls).1

Bagi sebagian orang, dua peristiwa besar ini -juga penemuan-penemuan arkeologis lain yang berkaitan-, terkadang disikapi sebagai peristiwa biasa yang menghiasi majalah dan koran-koran di Barat -di Indonesia informasi tentang hal ini amatlah jarang ditemukan-. Namun jika kita mengikuti perintah Allah dalam al-Qur'an agar kita selalu melihat dan merenungkan kejadian di dunia ini, maka dua penemuan itu menjadi hal yang sangat luar biasa, apalagi bagi para pengkaji agama, khususnya bagi mereka yang getol menyuarakan paham pluralisme agama. Sebab dua penemuan tersebut tidaklah berhenti sebatas penemuan arkeologi, namun berlanjut pada kajian-kajian yang berpengaruh terhadap mainstream kehidupan beragama bagi pemeluk agama tertentu (Kristiani) yang pada gilirannya mempengaruhi hubungan antar agama, khususnya pada kedekatan pemahaman teologis.



Nag Hamadi dan Qumran.

Desember 1945, Seorang Mesir bernama Muhammad Ali pergi ke sebuah karang di tepian sungai Nile, di pedalaman Mesir dekat wilayah Nag Hamadi. Menemukan Gentong (bejana dari tanah liat) yang nyata terlihat sangat kuno dan asli. Dalam gentong tersebut terdapat 13 lembar kulit, berisi 50 risalah. Pada bagian akhir dari risalah kedua di codex II koleksi risalah, terdapat'sebuah judul tek yang telah hilang selama ribuan tahun: Peuaqqelion Pkata Thomas, Injil menurut Thomas, atau Injil Thomas. Manuskrip Koptik berisikan Injil Thomas berasal dari tahun 350 masehi, sementara fragmen Yunani berasal dari tahun 200 M. Injil Thomas ini diperkirakan dari tahun 100 M, edisi paling awal diperkirakan dari tahun 50-60 M.2 Perlu diketahui bahwa Injil Thomas tidak berbentuk cerita naratif seperti 4 Injil lainnya, namun berisi perkataan-perkataan Yesus, kalau dibaca oleh seorang Muslim tampak seperti penulisan Hadits -tapi tanpa sanad-. Melihat tingkat keaslian dari Injil Thomas -walaupun dianqgap gnostik-, serta cara penyajiannya, para sarjana Bible mulai mengkaji dengan cara membandingkan isinya dengan 4 Injil sinoptik yang diakui oleh Gereja (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes). Semangat yang mereka bawa adalah, menjawab pertanyaan umum: "Apa sebenarnya yang disabdakan oleh Yesus?" Dari kajian 75 sarjana Bible terkemuka yang bersidang selama 6 tahun, keluarlah hasil kajian mereka yang dikenal melalui laporan berjudul "The Five Gospel" pada tahun 1993. Pertanyaan itu akhirnya terjawab dalam sebuah kesimpulan dalam laporan mereka bahwa, dari Injil-Injil yang ada, hanya terdapat 18% saja yang diperkirakan asli perkataan Yesus, sementara sisanya....?. Hasil kajian ini tentu saja membuat geger dunia Kristen. Lain dari pada itu, satu hal yang patut dicatat bahwa, dari 114 sabda Yesus dalam Injil Thomas, tidak satupun ada pernyataan ataupun isyarat terhadap doktrin "penyaliban" atau penebusan dpsa melalui kematian Yesus di tiang kayu salib.

Penemuan kedua tahun, 1947 di Qumran, oleh seorang anak (penggembala kambing) bernama Muhammad Ad-Dib. Gulungan manuskrip yang ditemukan berisi tulisan kitab Perjanjian Lama, oleh sebuah komunitas yang diidentifikasi sebagai salah satu sekte Yahudi, yaitu sekte Esenes. Tulisan-tulisan mereka memberikan gambaran tentang masa-masa awal sejarah Kristen, keterkaitan gerakan Nazaren (pengikut Yesus dari Nazaret) dengan sekte Esenes, dalam komunitas ini terdapat seorang Nabi yang sezaman dengan Yesus yaitu Yahya As, atau Yohanes Pembabtis-menurut tradisi Kristen-. Penemuan arkeologi ini akhirnya mendorong sekian banyak pemerhati Kristologi untuk mengkaji naskah-naskah tersebut. Beragam kajian dari masing-masing peneliti mulai bermunculan, baik para peneliti Barat maupun Timur. Buku yang ada dihadapan pembaca ini adalah salah satu hasil penelitian oleh pemerhati dari Mesir. Salah satu kesimpulannya bahwa sekte Esenes berkaitan erat dengan masa awal sejarah Kristen. Ia bahkan memprediksi bahwa "Guru bijak" yang diceritakan berseberangan dengan "Pendeta jahat" dalam Naskah Gulungan Laut Mati, adalah Yesus-itu sendiri. Hal ini ia perkuat dengan kajian terhadap nama Isaiyah yang tertulis sebagai nama kelompok tersebut, sebenarnya adalah Esenes.

Kajian-kajian tentang the Dead Sea Scrolls amatlah banyak, diantaranya yang membuat geger dunia Kristen adalah laporan Barbara Theiring, dalam bukunya "Jesus the Man". Dari penelitiannya selama 20 tahun terhadap naskah Laut Mati, Barbara Theiring mampu menyuguhkan sosok Yesus sebagai seorang manusia, yang menikah (bahkan berpoligami), juga meninggal secara wajar dan bukan ditiang salib. Secara umum, kajian terhadap Naskah Laut Mati, lebih menempatkan Yesus sebagai sosok manusia yang pernah ada dalam sejarah, dan bukan sosok imajiner yang kemudian di mitoskan dan disembah. Setidaknya, inilah inti terpenting dari hasil kajian Naskah Laut Mati.



Membaca kejadian alam

Dari dua penemuan besar seperti yang kami paparkan secara singkat di atas, mungkin kita bertanya-tanya, apa sebenarnya yang sedang berlangsung disekeliling kita? Dan pertanyaan ini berkaitan erat dengan pertanyaan: Kenapa setelah 2000 tahun, naskah-naskah itu baru ditemukan? Apakah penemuan itu berkaitan dengan dengan janji Allah dalam al-Qur'an, seperti terjemah dari dua ayat di bawah ini:



Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu arlalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (QS Fushilat 53)



Al Masih putera Maryam hanyalah seorang Rasul yang se.sungguhnya telah berlalu sebelumnya beherapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-keduanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanrla kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (QS .Al-Maidah 75).



Bagi umat Kristiani yang mungkin tidak meyakini kebenaran al-Qur'an, terdapat dalam Injil Thomas satu pernyataan Yesus sebagai berikut:



Jesus said, "Know what is in front of your face, and what is hidden from you will be disclosed to you. For there is nothing hidden that will not be revealed. Jesus mengatakan, "Ketahuilah, apa yang ada dihadapanmu, dan apa yang tersembunyi darimu akan dibuka untukmu. Sebab tidak ada sesuatu yang tersemhunyi kecuali akan dijelaskan. Thome 5:23



Makna dari pernyataan Yesus/Isa As, di atas juga sejalan dengan yang ada pada Injil Lukas 12:2, Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yanq tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yanq tersembunyi yanq tidak akan diketahui. Juga pada Markus 4:22.

Tanpa berani memastikan bahwa penemuan tersebut merupakan bukti dari janji Allah, namun sebagai seorang Muslim yang diajari al-Qur'an untuk mengkaji segala yang terjadi, kita patut meneliti dan mencari hikmah apa dibalik penemuan dari benda-benda yang sudah terkubur selama ± 2000 tahun.

Jika kita melihat perkembang sain dan tekhnologi masa kini, di mana rasionalitas ditempatkan di urutan pertama oleh dunia barat yang telah lelah dengan keimanan kepada dogma Gereja. Maka penelitian arkeologis dapat sepenuhnya dilakukan tanpa direcoki oleh Gereja, seperti yang pernah dilakukan terhadap Galeleo pada masa dulu. Apalagi bahwa penelitian arkeologi pada masa kini dilengkapi dengan ilmu­ilmu lain yang berbasis teknologi tinggi, seperti analisa DNA, carbon dating (untuk mengetahui masa per menit dari sampel yang dikaji), Satelit (untuk melihat outline dari daerah lokasi penemuan), serta tes kimia.4

Adalah hikmah dari yang Maha Mengetahui, jika penemuan itu terjadi pada masa sekarang, masa dimana manusia telah siap menerima penyingkapan tabir baik secara mental (obyektifitas berdasarkan sain dan bukan kepentingan kelompok agama) serta kemampuan manusia dalam memahami penyingkapan tersebut berdasarkan ilmu dan pengetahuan yang mereka miliki. Sebab, -mungkin- jika ditemukan pada masa-masa dulu, "kepentingan" dan "ketidakmampuan"-lah yang berbicara, maka manuskrip-manuskrip itu hanya tersimpan dan mungkin tidak akan diketahui oleh umum, atau hilang lagi entah kemana. Hal yang sama telah terjadi pada Injil Barnabas yang oleh kalangan Gereja dianggap sebagai hasil bikinan seorang Muslim di [tali, sehingga kita tidak tahu apakah Injil Barnabas tersebut asli atau bukan, ia menjadi kurang bermakna -bisa disebut hilang- karena kehilangan otentisitasnya.5 Namun demikian, proses pengkajian Gulungan Laut Mati oleh para peneliti dari satu institusi agama dan pemerintah tertentu, telah menodai semangat keilmiahan sebagaimana yang diharapkan oleh para pemerhati, seperti yang diungkap dalam buku ini. Namun yang sedikit itupun telah mampu membawa perubahan.



Hikmah bagi kaum Muslim

Dalam pergaulan antar agama, terkait isu pluralisme agama yang dihembuskan oleh Barat dan diimani oleh dunia Islam, umat muslim hendaklah mampu melihat dirinya berdasarkan hal-hal yang terjadi, serta kecenderungan pada agama-agama lain yang sedang berkembang dewasa ini. Berkaitan dengan dunia Kristen, penemuan dua buah naskah sebagaimana yang kita bahas di atas, telah membawa dunia Kristen pada pengakuan akan adanya satu sesembahan saja. Artinya, penemuan yanq memperkuat kedudukan Yesus sebagai seorang manusia biasa -seperti nabi dan rasul-rasul yang lainnya-, akan mengeluarkan Yesus dari jajaran Trinitas yang diajarkan sebagai dogma oleh Gereja. Entah apa lagi yang akan terjadi sehingga Roh Kudus pun akan ditempatkan pada posisi yang sebenarnya, sebagai Malaikat. Kalaupun hal ini belum bersifatfinal, namun kajian kristologi sedang mengarah ke titik ini. Tanpa campur tangan kaum muslim pun, kedewasaan rasional manusia akan membawa kepada keyakinan terhadap adanya satu Tuhan saja yang patut disembah dan tidak terbagi-bagi dalam beberapa pribadi, seperti yang diserukan oleh otoritas Kristen. Saya katakan "otoritas", sebab kenyafaanya tidak semua umat kristiani memahami doktrin trinitas, para pendetanya pun kebanyakan menerimanya sebagai dogma dengan mengorbankan segala rasio yang dimilikinya.

Kini dengan isu pluralisme beragama umat muslim dengan riang menyatakan bahwa teologi gereja yang tidak mampu ditembus rasio, dinyatakan benar dan sama monoteisnya dengan keyakinan umat Muslim. Ada baiknya, mereka yang menyamakan teologi Islam dan Kristen mengkaji lagi makna monoteisme menaruttradisi dan kaca mata gereja, bukan dengan kacamata kita sendiri, maka kita akan tahu perbedaanya, apa makna monoteisme menurut Kristen dan apa maknanya menurut umat Islam.

Kecenderungan di dalam komunitas Barat kepada keyakinan akan adanya satu Tuhan saja, sebagai satu-satunya sesembahan, sebenarnya sejalan denqan seruan al-Qur'an dalam kerangka pergaulan antar agama, yaitu:



Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka kutakanlah kepada mereka: "Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah) ".

(Ali Imran 64).



Maka, menurut hemat kami, umat muslim tidak perlu menyamakan teologinya dengan yang lain, cukup menyeru kepada mereka, satu seruan yang bersifat universal dan sesuai fitrah manusia sebagai makhluq, untuk kembali kepada satu­satunya Pencipta manusia dan alam sekitarnya. Sedang soal ritual dan masalah fikh, maka yang berlaku adalah "lakum diinukum waliyadiin", bagimu agamamu dan bagiku agamaku.



Kudus, 26 Sept 2004.



H j. Irena Handono.




--------------------------------------------------------------------------------




Catatan :

1. Newsweek, edisi 30 Agustus 2004, hal. 44.

2. The Five Gospels, The search for the Authentiv Words of Jesus. Robert W. Funk, Roy W Hoover, and The Jesus Seminar, Harper San Francisco, 1993, 474.

3. The Five Gospels, The search for the Authentiv Words of Jesus. Robert W. Funk. Roy W. Hoover, and The Jesus Seminar. HarperSanFrancisco. 1993, hal. 475. Newsweek, edisi 30 Agustus 2004, hal. 44.

4. Newsweek, edisi 30 Agustus 2004, hal. 44.

5. Tentang injil Barnabas ini, terdapat satu kajian berdasarkan penemuan Naskah Laut Mati yang kini dikerjakan penerjemahannya oleh Irena Center.
Read more

Rabu, 11 November 2009

Nabi Sulaiman dan Semut


Sulaiman bin Daud adalah satu-satunya Nabi yang memperoleh keistimewaan dari Allah SWT sehingga bisa memahami bahasa binatang. Dia bisa bicara dengan burung Hud Hud dan juga boleh memahami bahasa semut. Dalam Al-Quran surah An Naml, ayat 18-26 adalah contoh dari sebahagian ayat yang menceritakan akan keistimewaan Nabi yang sangat kaya raya ini. Firman Allah, Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata, hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata.

Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan) sehingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut, hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.

Maka Nabi Sulaiman tersenyum dengan tertawa kerana mendengar perkataan semut itu. Katanya, Ya Rabbi, limpahkan kepadaku karunia untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku; karuniakan padaku hingga boleh mengerjakan amal soleh yang Engkau ridhai; dan masukkan aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang soleh. (An-Naml: 16-19)

Menurut sejumlah riwayat, pernah suatu hari Nabi Sulaiman as bertanya kepada seekor semut, Wahai semut! Berapa banyak engkau perolehi rezeki dari Allah dalam waktu satu tahun? Sebesar biji gandum, jawabnya.

Kemudian, Nabi Sulaiman memberi semut sebiji gandum lalu memeliharanya dalam sebuah botol. Setelah genap satu tahun, Sulaiman membuka botol untuk melihat nasib si semut. Namun, didapatinya si semut hanya memakan sebahagian biji gandum itu. Mengapa engkau hanya memakan sebahagian dan tidak menghabiskannya? tanya Nabi Sulaiman. Dahulu aku bertawakal dan pasrah diri kepada Allah, jawab si semut. Dengan tawakal kepada-Nya aku yakin bahawa Dia tidak akan melupakanku. Ketika aku berpasrah kepadamu, aku tidak yakin apakah engkau akan ingat kepadaku pada tahun berikutnya sehingga boleh memperoleh sebiji gandum lagi atau engkau akan lupa kepadaku. Kerana itu, aku harus tinggalkan sebahagian sebagai bekal tahun berikutnya.

Nabi Sulaiman, walaupun ia sangat kaya raya, namun kekayaannya adalah nisbi dan terbatas. Yang Maha Kaya secara mutlak hanyalah Allah SWT semata-mata. Nabi Sulaiman, meskipun sangat baik dan kasih, namun yang Maha Baik dan Maha Kasih dari seluruh pengasih hanyalah Allah SWT semata. Dalam diri Nabi Sulaiman tersimpan sifat terbatas dan kenisbian yang tidak dapat dipisahkan; sementara dalam Zat Allah sifat mutlak dan absolut.

Bagaimanapun kayanya Nabi Sulaiman, dia tetap manusia biasa yang tidak boleh sepenuhnya dijadikan tempat bergantung. Bagaimana kasihnya Nabi Sulaiman, dia adalah manusia biasa yang menyimpan kedaifan-kedaifannya tersendiri. Hal itu diketahui oleh semut Nabi Sulaiman. Kerana itu, dia masih tidak percaya kepada janji Nabi Sulaiman ke atasnya. Bukan kerana khuatir Nabi Sulaiman akan ingkar janji, namun khuatir Nabi Sulaiman tidak mampu memenuhinya lantaran sifat manusiawinya. Tawakal atau berpasrah diri bulat-bulat hanyalah kepada Allah SWT semata, bukan kepada manusia.
Read more

Rabu, 14 Oktober 2009

Dajjal


Dunia sudah semakin tua, dan tanda tanda kiamatpun sudah semakin tampak didepan mata. banyak bencana yang terjadi disana sini dari krisis ekonomi sampai bencana alam tak elak terjadi bertubi tubi, dari sekian tanda tanda kiamat yang ada tak tak luput pula Dajjal akan muncul kebumi dan membawa malapetaka dimuka bumi ini.
Berikut ini kami kutipkan beberapa Hadits yang menerangkan tanda-tanda yang mengiringi munculnya Dajjal. Adapun arti tanda-tanda itu akan kami terangkan kelak.

I. Sorga dan Neraka Dajjal

"Ia (Dajjal) akan datang dengan membawa semacam sorga dan neraka; dan apa yang ia katakan sorga itu sebenarnya, neraka" (Misykat, halaman 473).

"Dan ia akan membawa air dan api. Dan apa yang orang-orang melihatnya air, itu sebenarnya api yang menghanguskan; dan apa yang orang-orang melihatnya api, iiu sebenarnya air tawar yang sejuk" (Misykat, halaman 473)


"Ia akan membawa api dan sungai dan barang siapa jatuh dalam apinya, ia akan memperoleh ganjaran dan disingkirkan bebannya." (Kanzul-'Ummal, jilid VII, halaman 2975)

"la akan membawa gunung roti dan sungai penuh air "(Kanzul-'Ummal, jilid VII, halaman 2985).

"Ia membawa dua sungai, yang satu penuh air, dan satu lagi penuh api" (idem, halaman 2985)

"Dajjal akan muncul dengan membawa sungai dan api; barang siapa masuk dalam sungainya; ia akan memikul beban dan dilenyapkan ganjarannya; dan barangsiapa masuk dalam apinya, akan memperoleh ganjaran dan dihilangkan bebannya" (idem, halaman 2029).


Di antara fitnah Dajjal ialah bahwa ia akan membawa sorga dan neraka; adapun neraka Dajjal ialah sorga, dan sorga Dajjal ialah Neraka. Maka barangsiapa diuji dengan neraka Dajjal, hendaklah ia mohon pertolongan Allah sambil membaca permulaan surat al-Kahfi, maka neraka akan menjadi dingin dan damai" (idem, halaman 2028).

"Dan ia akan membawa semacam sorga dan neraka. Dan sorga Dajjal penuh dengan asap, sedangkan neraka Dajjal adalah kebun yang menghijau" (idem, halaman 2074).


Hadits yang lain berbunyi:

"Sungguh ia akan membawa sorga dan neraka. Adapun neraka Dajjal ialah sorga, dan sorga Dajjal ialah Neraka. maka barang siapa diuji dengan neraka Dajjal, hendaklah ia menutup matanya dan mohon pertolongan Allah, dan neraka itu akan dingin dan damai" (idem, halaman 2079).

"Bagaimana perasaan kamu jika kamu diuji oleh seseorang yang sungai-sungai dan buah-buahan di bumi akan dibikin tunduk kepadanya" (idem, halaman 2090).

"Ia akan menjelajah dengan membawa dua gunung. Yang satu, penuh dengan pohon, buah-buahan dan air, dan yang lain, penuh dengan api dan asap. Ia berkata: Ini adalah sorga, dan ini adalah neraka" (idem, halaman 2110).


II. Kecepatan dan kendaraan Dajjal

"Kami bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimanakah cepatnya perjalanan Dajjal di muka bumi? Beliau menjawab: seperti cepatnya awan ditiup angin" (Misykat bab Dajjal).

"Bumi akan digulung untuknya; ia menggenggam awan di tangan kanannya, dan mendahului matahari di tempat terbenamnya; lautan hanya sedalam mata-kakinya; di depannya adalah gunung yang penuh asap" (Kanzul-'Ummal, jilid VII, halaman 2998).

"Ia akan meloncat-loncat di antara langit dan bumi" (Abu Dawud).

.
"Dajjal akan muncul dengan naik keledai putih; yang jarak antara dua telinganya adalah tujuh puluh yard" (Misykat, halaman 477)

"Ia mempunyai seekor keledai yang ia naiki, yang jarak antara dua telinganya adalah empat puluh yard" (Kanzul-'Ummal, jilid VII, halaman 2104).

"Ia menaiki seekor keledai putih, yang masing-masing telinganya tiga puluh yard panjangnya, dan jarak antara kaki yang satu dengan kaki yang lain adalah perjalanan sehari semalam" (idem, halaman 2998).


III. Harta kekayaan Dajjal

"Dan ia melalui hutan rimba, dan ia berkata kepadanya: Keluarkanlah kekayaanmu, maka kekayaaan rimba itu mengikuti dia, bagaikan lebah mengikuti ratunya" (Misykat, halaman 473).

IV. Kawan-kawan Dajjal hidup senang, dan musuh-musuh Dajjal hidup sengsara

"Ia datang pada suatu kaum dan mengajak mereka (supaya mengikuti dia), dan kaum itu beriman kepadanya, ia memberi perintah kepada langit, maka turunlah hujan, lalu ia memberi perintah kepada bumi, maka keluarlah tumbuh-tumbuhan. Lalu ia datang kepada kaum yang lain, dan mengajak mereka (supaya mengikuti dia), dan kaum itu menolak ajakannya, maka berpalinglah ia dari mereka, lalu kaum itu tertimpa kelaparan, dan tak ada sedikit kekayaan pun yang mereka kuasai" (Misykat, halaman 473).


"Dan di antara fitnah Dajjal ialah, apabila ia datang pada suatu kaum yang tak mau beriman kepadanya, maka tiada lagi ternak mereka yang tertinggal, melainkan binasalah semuanya; dan apabila ia datang pada kaum lain yang beriman kepadanya, maka ia memberi perintah kepada langit, lalu turunlah hujan, dan ia memberi perintah kepada bumi, lalu keluarlah tumbuh-tumbuhan" (Kanzul-'Ummal, jilid VII. halaman 2028).

"Sungai-sungai dunia dan buah-buahan akan tunduk kepada Dajjal; maka barangsiapa mau mengikuti dia, ia akan memberi makan kepadanya dan menjadikan dia seorang kafir dan barang siapa menentang dia, maka persediaan makanannya akan dirampas dan dihentikan mata-pencahariannya" (Kanzul-'Ummal; jilid VII halarnan 2090).


"Ada beberapa kaum yang bersahabat dengan Dajjal akan berkata: "Sesungguhnya kami tahu bahwa Dajjal adalah kafir, tetapi kami bersahabat dengan Dajjal, agar kami dapat makan dari makanannya, dan agar kami dapat memberi makan ternak kami dari pohonpohonnya" (idem, halaman 2092).

"Dan ia (Dajjal) akan membawa gunung roti, dan sekalian manusia akan mengalami kesukaran, terkecuali orang yang mengikuti dia" (idem, halaman 2104).

V. Partemuan Dajjal dangan roh


"bersama-sama Dajjal akan dibangkitkan setan-setan yang rupanya mirip dengan orang-orang yang telah meninggal, apakah itu ayah ataukah saudara" (idem, halaman 2065).

"Setan-setan yang rupanya mirip dengan orang yarg telah meninggal akan menyertai Dajjal, dan mereka akan berkata kepada orang yang masih hidup: Kenalkah engkau padaku? Aku adalah saudaramu; aku adalah ayahmu; atau aku adalah salah seorang kerabatmu" (idem, hal. 2078).

"Bersama-sama Dajjal akan dibangkitkan setan-setan yang akan bercakap-cakap dengan manusia" ( idem, halaman 2104).


VI. Kaum Yahudi di belakang Dajjal

"Dan di belakangnya ialah Dajjal yang bersama-sama dia adalah tujuh puluh ribu orang Yahudi" (idem, halaman 2028)

"Kebanyakan orang yang mengikuti Dajjal ialah kaum Yahudi, para wanita, dan rakyat jelata" (Kanzul-'Ummal, jilid VII, hal. 2065).
"Kebanyakan orang yang menyertai Dajjal ialah kaum Yahudi, dan para wanita" (idem, halaman 2214).

"Dajjal musuh Allah, akan muncul dan dia akan disertai oleh bala tentara yang terdiri dari kaum Yahudi dan segala macam bangsa" (idem, halaman 2974).


VII. Pengaruh Dajjal Terhadap Wanita

"Dan orang yang paling akhir yang mendatangi Dajjal ialah kaum wanita, sampai-sampai seorang pria mendatangi ibunya, anaknya perempuan, saudaranya perempuan dan bibinya, lalu mengikat mereka, agar mereka tak datang kepada Dajja!" (idem, hal. 2116).

VIII. Dajjal dan anak-anak yang tidak sah

"Awas! Kebanyakan kawan dan pengikut Dajjal ialah kaum Yahudi dan anak-anak yang tidak sah" (idem, halaman 2998)

IX. Laki-laki sperti wanita, dan wanita seperti laki-laki


"Dan para wanita akan tampak seperti laki-laki dan laki-laki akan nampak seperti wanita" (idem, halaman 2998)

X. Penyembuhan Ajaib

"Dan Dajjal akan menyembuhkan orang buta, orang sakit lepra, dan akan menghidupkan orang mati" (idem; halaman 2080)

XI. Bisikan Jahat Dajjal

"Barangsiapa mendengar perihal Dajjal, hendaklah menyingkir daripadanya. Demi Allah! Orang akan mendatangi Dajjal, dan ia menyangka bahwa dia adalah orang mukmin, dan ia akan mengikuti dia (Dajjal) karena sak wasangka yang ditimbulkan dalam batinnya" (Kanzul-'Ummal, jilid VII, halaman 2057)


XII. Munculnya Dajjal

"Ia (Dajjal) akan berkata: Apabila rantai yang mengikat aku ini lepas, aku tak akan membiarkan sejengkal tanah pun yang tak diinjak oleh kakiku, terkecuali kota suci Madinah" (idem, halaman 2991 )

"Dan tak sejengkal tanah pun di muka bumi ini yang tak dikuasai oleh Dajjal, terkecuali kota Makkah dan Madinah" (idem, hal. 2028).

"Dan tak lama lagi, aku (Dajjal) akan diizinkan keluar, maka aku akan keluar dan mengadakan perjalanan di muka bumi, dan tak satu tempat-tinggal pun yang tak kusinggahi selama empat puluh malam, terkecuali Makkah dan Madinah" (idem, halaman 2988).
Read more
Azon Profit Master

Lebih Baik Intropeksi

" Keinginan untuk mengetahui tentang cela yang tersembunyi dalam batinmu, itu lebih baik dari pada keiniginanmu untuk mengetahui tentang cela yang ada pada orang lain dan keinginanmu untuk mengetahui masalah-masalah gaib yang engnkau tidak mampu mengalaminya, Syekh Ahmad Atailah-Al Hikam ".

Permohonan teragung

"Sebagus bagusnya permohonan yang patut di sampaikan kepada Allah, ialah agar kita senantiasa istiqomah dapat menjalankan semua yang diperintahkan dari hal yang dilarang oleh Allah...dan ketetapan hati dalam iman dan Islam..."
Penundaan Terkabulnya Doa

" Belum terkabulnya doa si hamba, setelah berulang ulang berdoa penuh harapan, jangan sampai berputus asa, karena belum terkabulnya doa kita.
Sebab Allah SWT telah memberi jaminan diterimanya doa setiap hamba Allah, menurut pilihan dan ketentuan Allah sendiri, bukan atas pilihan atau kemauan si hamba, akan tetapi Allah Ta'ala telah menetapkan kapan dan disaat apa doa seorang hamba diterima oleh-Nya.

Tanda tanda hati yang mati

...,"diantara tanda tanda hati yang mati, apabila kehilangan kesempatan untuk melakukan ketaatan kepada Allah, tidak juga menyesal atas kelalaian( dosa ) yang telah dilakukannya".

"Jikalau terlanjur berbuat dosa, janganlah menjadi penyebab engkau berputus harapan untuk istiqomah kepada Allah, mungkin hal itu akan menjadi sebab sebagai dosa terakhir yang ditakdirkan Allah untukmu".
Powered By Blogger